Tajamnya Senjata Utama Star Wars The Force Awakens, Bermain Di Ranah Kreasi Memori!
Tanggal 18 Desember 2015 kemaren jadi saat-saat yang
paling memorable bagi begitu banyak hardcore fans Star Wars (Gue bukan salah satunya, percaya lah. Jaman gue masih pacaran sama BD, gue cengo tiap kali dia ngomongin Star Wars). ‘The Force
Awakens’ jadi episode ketujuh dari franchise
perang antar galaksi sekaligus film pertama Star Wars yang rilis setelah 10
tahun berlalu. Dari statisticbrain.com,
sampe sekarang Star Wars telah menghasilkan total 28 trilyun dolar (dan akan terus bertambah!) sehingga menempati posisi pertama sebagai franchise film yang terbesar, jauh di atas franchise ‘Harry Potter’.
Sebagai franchise
film yang paling menguntungkan, Star Wars tentu ga cuman menawarkan film dalam
bentuk DVD & Bluray, tapi juga berbagai merchandise
orisinal, game, fashion, dan banyak lagi.
Antusiasme penonton, terutama para hardcore fans ini bisa kita lihat sejak trailer Force Awakens dirilis 2015.
Trailer pertama yang diunggah pada April 2015 di YouTube ditonton sebanyak 88
juta kali dalam 24 jam. Rekor yang luar biasa ini tentunya langsung masuk ke dalam Guinness
World Record.
Robert Hackett dalam artikelnya yang
berjudul “Disney’s
Star Wars Practically Markets Itself” mengungkapkan bahwa rata-rata
studio film menginvestasikan $50 juta untuk memasarkan sebuah film blockbuster di Amerika Serikat. Jumlah ini belum
termasuk dengan budget marketing di luar negeri. Angka tersebut biasanya fokus pada promosi
untuk layar TV semisal penayangan trailer
atau acara late night show.
Menarik untuk mempelajari lebih
lanjut strategi pemasaran yang digunakan oleh Disney selaku distributor episode
ketujuh Star Wars ke seluruh dunia. Hingga saat tulisan ini dibuat, belum ada
berita yang mencantumkan jumlah pasti dari keseluruhan budget promosinya. Wall
Street Journal mendapatkan
kisikan bahwa Disney mengeluarkan budget yang lebih rendah daripada yang biasa
dikeluarkan oleh studio film lainnya untuk kampanye Star Wars : The Force
Awakens ini. Untuk iklan di TV, Disney ‘hanya’ mengeluarkan $ 17 juta jika
dibandingkan dengan ‘Mad Max’ dan ‘Mission Impossible : Rogue Nation’ yang
menggelotorkan uang sebesar $ 30 juta.
Yang dilakukan Disney adalah gencar bekerja
sama dengan brand-brand lainnya,
mulai dari Verizon, Cover
Girl, Subway, hingga
P&G untuk melakukan tie-in products menjelang
release film Star Wars pada Desember
2015 untuk direct advertising. Mulai dari sereal sarapan anak-anak, kopi, hingga kosmetik dan cetakan
waffle berbentuk wajah Chewbacca hadir menggempur pasar.
Tahu betul dengan kekuatan nama besar ‘Star
Wars’ menjadi kunci utama dari strategi marketing Disney. Bob Iger
selaku CEO Disney menyatakan bahwa untuk rencananya dalam memasarkan Star Wars
dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti. Ketelitian tersebut diamini oleh
Jim Joseph, Guru Besar Marketing di New York University. Joseph dalam Entrepreneur.com menyebut Star Wars sebagai fenomena
kultural yang sangat jarang terjadi, dimana franchise
film ini telah menembus akar budaya lalu membentuk komunitasnya sendiri, yang
terbukti cukup militan dan begitu loyal
pada franchise ini.
Jelas siapa yang menjadi fokus target
dari franchise ‘Star Wars : The Force
Awakens’ ini. Alih-alih menyasar pasar penonton baru dengan jalan akuisisi
pasar, mereka menyasar pasar geek dan
komunitas yang sudah ada sejak lama dan hingga kini masih tetap loyal bukan
hanya kepada film-filmnya, namun juga kepada berbagai original merchandise Star
Wars. Kebanyakan dari mereka sudah berkeluarga, ada ritual untuk memperkenalkan Star Wars kepada anak-anak mereka sejak usia dini.
Dalam kaitannya dengan Customer Retention
Marketing, para fans Star Wars kini telah mencapai era kelima dari Lima Era
Konsep Pemikiran Loyalitas Pelanggan yang disebutkan oleh Hermawan Kertajaya,
yaitu Spiritualitas Pelanggan, yang dapat diartikan sebaai loyalitas konsumen
yang paling dalam, dimana pemasar telah menciptakan ikatan spiritual antara
produk dengan karakter pelanggan, sehingga produk menjadi bagian dari jati diri
pelanggan. Star Wars kini bukan milik perusahaan lagi, namun sudah menjadi
milik para fans yang tersebar di seluruh dunia.
Begitu hebat dan dalamnya ikatan spiritual antara para
fans dengan berbagai elemen dari film Star Wars, Disney lagi-lagi menggunakan ikatan
memori tersebut saat mengadakan kontes bagi para penggemar untuk berbagi memori
mereka tentang Star Wars melalui video singkat dengan tagar #mystarwarsmemory, dimana para pemenang dari berbagai negara
berkesempatan untuk mendapatkan tiket untuk gala
premiere Star Wars : The Force Awakenings.
Rob Gilby sebagai Direktur Pengelola Disney
di Asia Tenggara menyatakan bahwa bagi para penggemar beratnya, Star Wars
adalah ibarat sebuah tradisi keluarga. Pembuat dan pemasar 'Star Wars : The
Force Awakenings' begitu meyakini pentingnya menyalakan percikan-percikan
nostalgia untuk pecinta sekuel ini. Mereka sadar esensi untuk menggaet
penonton-penonton baru yang tak akrab dengan Star Wars sebagai tahap akuisisi, namun mereka lebih
mementingkan loyalitas fans setia yang membuat Star Wars menjelma menjadi
sebesar sekarang.
Hal ini yang ada di dalam benak JJ Abrams
selaku sutradaranya saat merilis trailer pertamanya. Cara Abrams untuk menghormati fanbase loyal adalah memunculkan
Millenium Falcon dengan Han Solo dan Chewbacca di depannya, hingga menggunakan score musik legendaris John William. Ada janji untuk tetap setia dengan
elemen-elemen yang ikonik membuat perayaan film pertama Star Wars setelah
10 tahun ini jadi begitu gegap gempita.
Untuk media cetak saja, Disney khusus
menerbitkan konten orisinil melalui graphic
novel dan comic series yang
berkisah mengenai kisah yang terjadi di antara seri ‘Return Of The Jedi’ dan
‘The Force Awakens’. Disney juga mengatur jadwal rilis setiap berita yang
berkaitan dengan film ini di media dan membuat kontrak eksklusif yang berisi
wawancara dan foto-foto khusus dengan beberapa penerbitan semisal Vanity Fair,
Entertainment Weekly, Rolling Stone, Fortune, Empire, dan Time.
Di dunia digital, Facebook sebagai situs
jejaring sosial terbesar di dunia yang membuat filter foto ‘Dark Side VS Light
Side’ dimana para pemilik akun dapat merayakan Star Wars dengan cara mengubah
foto profil mereka menjadi salah satu kubu dalam perang antar galaksi ini. Sedangkan
di Instagram, jejaring sosial khusus foto yang juga diakuisisi oleh Facebook,
para pemilik akun telah mengunggah foto dengan tagar #starwars hingga menembus
angka 11 jura pada tanggal 18 Desember 2015.
Google juga gak mau ketinggalan untuk merayakan Star Wars dengan
cara yang unik. Ketika mengetikkan kata ‘a
long time ago in a galaxy far far away’ di Google, secara otomatis halaman
akan berubah warna, tipe huruf, dan bergeser otomatis seperti tampilan khas
tulisan pembuka film Star Wars.
Menggunakan starwars.com sebagai platform utama dan Facebook, Twitter,
Instagram, Google +, dan Tumblr sebagai channel
penyaluran beritanya, Disney dengan rapi berbagi dan melibatkan para fans
di dunia maya untuk menjadi yang pertama mengenai informasi terbaru film ini. Percaya deh, buat ukuran sebuah kampanye, tim konten digitalnya rapi jali dan solid luar biasa.
Di Indonesia sendiri, sejumlah pusat
perbelanjaan sengaja berdandan khusus untuk menyambut Star Wars di Indonesia.
Misalnya di Senayan City dimana desain detail terdapat di setiap sudut hingga
area ritel khusus yang menawarkan aneka merchandise
Star Wars mulai dari helm Star Troopers hingga replika Light Saber.
Indonesia jelas adalah salah satu sasaran
target terbesar untuk Asia Tenggara, sehingga Walt
Disney Asia Tenggara
menggandeng sejumlah perancang busana lokal seperti Ghea Panggabean, Populo
Batik, dan Rinda Salmun dalam sebuah pagelaran busana khusus yang bertemakan
Star Wars di Jakarta, 15 Desember 2015 lalu.
Star Wars juga dengan cerdik menyelipkan
trio aktor Indonesia yaitu Iko Uwais, Yayan Ruhian, dan Cecep Arif Rahman
dikarenakan nama mereka yang sudah terkenal dalam film The Raid & The Raid
2 hingga ke seluruh dunia. Kehadiran ketiga nama ini tentu untuk semakin
mengeratkan ikatan emosional para penonton, terutama dari Asia Tenggara dimana untuk
ukuran Hollywood, para aktor dari benua ini masih sangat minoritas, sehingga
menjadi sebuah prestise tersendiri untuk dapat berakting, walau hanya dalam
hitungan menit. Iko Uwais dkk tidak hanya menjadi pemain pendukung, namun juga
sebagai additional choreographer untuk
pertarungan yang ada di film ini. Keterlibatan mereka adalah sebagai permintaan
dari JJ Abrams.
Sulit memang untuk menebak secara pasti
besarnya biaya yang telah dikeluarkan oleh Disney dalam promosi film ini,
melihat begitu viralnya Star Wars
selama setengah tahun belakangan. The
Guardian
memprediksikan, dengan estimasi biaya produksi, pemasaran, dan distribusi yang
mencapai $ 423 juta, ‘The Force Awakenings’ berpotensi mendatangkan pendapatan
lebih dari $ 2 milliar.
Satu hal yang bisa dipelajari oleh marketers dari kampanye besar-besaran
Star Wars ini adalah betapa pentingnya membangun antusiasme publik melalui
komunikasi pemasaran yang massif. Apalagi mengingat Star Wars sudah memiliki brand image yang begitu besar, tugas
Disney tinggal memelihara konsep yang telah ada dan memproduksi beragam kreasi
memori yang terus menerus dihidupkan dalam ingatan publik. Dengan cara ini,
fans setia secara sadar dan sukarela menjadi agen-agen Word of Mouth (ama MLM emang beda tipis sis!) dan
membantu proses akuisisi calon-calon fans baru Star Wars.
Karena sesungguhnya, mempertahankan fans setia jauh lebih susah dibanding nyari fans baru. *sambil ngelus-ngelus koleksi novel Harry Potter*
Indanavetta Putri B.G.A.
@tyazism
a
subterranean homesick alien who passionate into movies, culinary, and pop
culture on earth