Review : Donnie Darko ( 2001 )
DONNIE DARKO
" One perfect example of how layered movie should be made"
Director: Richard Kelly
Screenplay: Richard Kelly
Cast: Jake Gyllenhaal, Maggie Gyllenhaal, Jena Malone, Drew Barrymore, Mary McDonnell, Holmes Osborne, Drew Barrymore, Patrick Swayze, Katherine Ross
Let’s face this : no one can really predicting of how a cinematic experience could be. Pengalaman menonton film itu selalu berbeda-beda, dan ini terkadang juga berbanding lurus dengan ekspektasi yang ada. Atau malah justru berbanding terbalik. Bisa jadi film yang kita harapkan bagus malah mengecewakan, atau sebaliknya. The key is, my friend, that expectation is a time bomb. Kita harus tahu persis apa yang kita harap akan dapatkan dari sebuah film hiburan. Kalau hanya ingin terhibur dan ketawa haha-hihi, ya jangan nonton film-filmnya Steve McQueen, misalnya. Iya emang, nonton film itu masalah selera, tapi jangan lantas nonton dengan ‘buta’, at least you should find any kind of information about the movie you will watch. Karena bahkan terkadang synopsis yang beredar di banyak media pun tidak bisa menjamin si ‘pengalaman menonton’ itu sendiri. Well in this case, gue mau bercerita sedikit soal Donnie Darko, sebuah film yang kata banyak orang membingungkan…but above of all is simply awesome.
Donnie Darko (Jake
Gyllenhaal) is one of troubled teenagers, yang sangat sulit membangun
kedekatan dengan orang-orang di sekelilingnya, bahkan termasuk
keluarganya. Kerap bertengkar dengan sang kakak Elizabeth (Maggie
Gyllenhaal), sulit dipahami oleh sang ibu Rose (McDonnell), dan bahkan
rutin bertemu dengan psikiater, Dr. Thurman (Ross) dikarenakan masa
lalunya yang bermasalah. Di suatu malam, Donnie berjalan dalam tidurnya
dan bertemu dengan sesosok manusia berkostum kelinci yang menyeramkan
bernama Frank. Dengan lugas Frank berkata bahwa dunia akan segera
berakhir, dan Donnie adalah orang yang dipilih Frank untuk
memperingatkan semua orang…dengan caranya sendiri.
Donnie Darko
dirilis pada tanggal 19 Januari 2001 pada Sundance Film Festival, lalu
kemudian rilis secara terbatas (hanya 58 layar) di bioskop Amerika
Serikat pada bulan Oktober 2001 dengan komentar beragam, walau kemudian
pada akhirnya menjelma menjadi salah satu film cult dengan fan base yang
cukup besar. Bisa sangat dimengerti kenapa banyak orang yang merasa
kebingungan ketika menonton film ini karena sesungguhnya film ini juga
sulit untuk ditangkap ‘pesan’nya. Bisa jadi, apa yang gue dapat dari
Donnie Darko berbeda dari apa yang kalian dapatkan, dan bukan berarti
itu salah. Dan demi kenikmatan menonton buat kalian yang belum, gue
tidak mau membahas soal jalan cerita filmnya atau apapun yang berkaitan
dengan itu, because believe me, Donnie Darko adalah salah satu film
dengan banyak lapisan cerita terbaik yang pernah ada. Dengan begitu
banyak lapisan cerita, justru tidak membuat filmnya menjadi kehilangan
fokus atau lantas jadi bertele-tele. Nope, Richard Kelly yang juga
menulis skenarionya dengan sangat rapi menyusun tempo film dengan banyak
detail disana-sini, yang lantas membuat gue yang menonton jadi
keasyikan ikut merangkai semua teka-teki yang ada, dan ketika menuju
ending…BAM! Gue salah 180o!
So let me assure you, Donnie Darko memang bukan tipe film yang ingin kalian tonton di saat otak kalian butuh hiburan ringan, tapi kalau kalian memang suka dengan tipe-tipe film dengan banyak lapisan cerita dan juga unexpected twist, you can get it all from this one. You can get drama, you can get mystery, science-fiction…and above all of that you can get…oh wait, I won’t spoil it, since you may get another message from this one. But I really enjoy this one, and I cried in the ending of the movie. This is a perfect example of how a layered movie should be made. And for that, I gave Richard Kelly and Donnie Darko itself my four thumbs…or more if I can borrow someone’s thumbs.
*****
“She said that every living creature on Earth dies alone.”
This review is dedicated for my grandma, my fairy Godmother, Oma. I know this is a weird (or even sick) way to show how much I love you. We lost you, but I know you are in a better place now. Rest in peace, Oma…
Iya sist, gak terlalu membingungkan. Paling gak filmnya ngasih kesimpulan, jadi waktu si doni ngakak sendirian di akhir itu kita langsung sadar ama maksud filmnya. btw reviewnya mantep.. :)
BalasHapus