[Review] Sils Maria : Sebuah Proses Move One Seorang Aktor Watak
This review might contain spoilers. You have been warned!
Director : Olivier Assayas
Screenplay : Olivier Assayas
Cast : Juliet Binoche, Kristen Stewart, Chloe Grace Moretz
Inspirasi bisa datang dari mama saja, salah satunya adalah kehidupan asli para aktor di kehidupan nyata dan perjuangan mereka dalam melebur bersama peran yang akan mereka mainkan. Salah satu yang terbaru datang dari Prancis, yaitu Sils Maria (Cloud of Sils Maria) yang berkompetisi di kategori Palme d'Or di Cannes tahun ini.
Maria Enders (Binoche) adalah seorang aktris watak yang memiliki karir yang stabil dan dihargai di kalangan film dunia. Maloja Snake karya WIlhem Melchior merupakan karya yang meroketkan namanya sebagai jajaran aktris yang diperhitungkan. Maloja Snake sendiri berfokus pada hubungan tragis antara kedua orang wanita, yaitu Sigrid yang diperankan oleh Maria saat masih berusia 18 tahun dengan Helena yang jauh lebih tua dan berakhir mati bunuh diri. Dengan kematian Wilhem, seorang sutradara muda berniat untuk membuat ulang Maloja Snake dalam versi teater, kali ini dengan Maria akan berperan sebagai Helena.
Selama 2 jam lebih, penonton diajak untuk menyaksikan interaksi Binoche dan Stewart sebagai fokusnya. Bagaimana Maria sebagai seorang aktris senior 'dijerumuskan' oleh asistennya untuk mengambil peran Helena, yang merupakan kebalikan dari peran Sigrid yang ia ketahui. Perjuangan Maria untuk melebur dengan karakter Helena, dengan bantuan Val (Stewart) adalah sebuah pertunjukan hebat dari kekuatan dialog yang menjadi spesialisasi Assayas. Ini bukan hanya mengenai soal menghapalkan naskah semata, melainkan juga pergulatan batin bagi Maria sendiri untuk melanjutkan karirnya keluar dari selubung tokoh Sigrid sekaligus mencoba memahami Jo Ann (Moretz), aktris baru sebagai Sigrid yang baru.
Tanpa perlu diragukan lagi, dengan kompleksnya hal-hal yang ingin disampaikan oleh Assayas dari dialog para karakternya akan terasa melempem tanpa penampilan prima dari ketiga tokoh sentralnya : Maria, Val, dan Jo Ann. Binoche tampil dengan begitu cemerlang dan memukau, terlihat begitu anggun sekaligus innocent dengan caranya sendiri. Stewart juga mampu mengimbangi kekuatan Binoche melalui karakter Val yang quirkie namun cuek. Stewart juga dapat menyampaikan emosi Val yang nyaris tak terlihat, bagai sebuah rasa gatal di permukaan kulit. Dia ada disitu, memohon untuk digaruk, namun kita mencoba untuk mengabaikannya, hingga akhirnya rasa gatal itu semakin menyita perhatian.
Satu hal yang bisa dicermati dari Sils Maria ada di kompleksitas konten terselubung yang ada di dalam isi dialog antara Maria - Val - Jo Ann dalam hal Maloja Snake itu sendiri. Ya, Maloja Snake adalah sebuah kisah tragis pasangan lesbian, dan cara Assayas mengarahkan ketiga pemain utamanya dalam interaksi mereka, somehow terasa ada yang lebih dari sekedar berlatih naskah. Ada sebuah ketertarikan kuat antara Maria dan Val, itu jelas. Dan bagaimana hubungan Maria dan Val tak ubahnya seperti Sigrid dan Helena dalam Maloja Snake itu sendiri.
Bagaimana pun juga, penampilan prima dari ketiga pemeran utama ditambah dengan sinematografi yang memanjakan mata membuat Sils Maria begitu memukau. Memang bukan film yang akan disukai oleh banyak orang, tapi mengingat dalamnya konten yang ingin disampaikan Assayas, Sils Maria jelas bukan film yang bisa dilewatkan begitu saja oleh penikmat film.
Sils Maria adalah satu dari delapan film terbaru Prancis yang ditayangkan di Festival Sinema Prancis 2014.
0 komentar: