[Review] Gone Girl : "Marriage Surely is a Hard Work!"
Warning : Sebelum membaca lebih jauh, tulisan ini mengandung spoiler. Gue udah berusaha banget untuk menahan diri buat ga spoiler, tapi apa boleh buat, it's so hard. Buat yang belum tahu seperti apa cerita Gone Girl, baik itu dari novel dan filmnya, you've been warned!
Year : 2014
Director : David Fincher
Screenplay : Gillian Flynn, based on novel 'Gone Girl' by Gillian Flynn
Cast : Ben Affleck, Rosamund Pike, Neil Patrick Harris, Tyler Perry, Carrie Coon
"You ended up hurting someone you love" adalah salah satu quote favorit gue dari film Blue Valentine. Call me a bitter person (which I am), tapi pada akhirnya menyakiti seseorang yang kita cintai adalah salah satu proses yang terjadi di dalam hidup. Hal yang sama kembali ditegaskan dalam film baru arahan salah satu sutradara favorit gue, David Fincher : Gone Girl.
Pertama-tama, gue mau ngasih warning aja dari awal, bisa jadi apa yang sedang kalian baca ini terasa bias. Itu adalah hal yang wajar mengingat : a. Gue paling suka sama film-filmnya Fincher dan b. Gone Girl adalah film yang paling gue tunggu di tahun ini. Fakta bahwa Gone Girl gagal tayang di Indonesia pas bulan Oktober lalu malah bikin gue patah hati. Kayak anak yang dijanjiin liburan ke ke rumah Nenek kalo nilai raportnya bagus, trus ternyata bokap nyokap lagi ga punya uang dan akhirnya hadiahnya diganti ama makan ayam KFC. Metafora yang barusan bukan curhat pribadi, tapi kurang lebih ngegambarin betapa besarnya ekspektasi gue (dan Fincher-ian Indonesia melarat lainnya) sama film yang digadang-gadangin bakalan masuk bursa award season nanti.
Saat menulis novel Gone Girl, Gillian Flynn memang mempunyai intensi 'Andai Fincher nge-direct film gue, akan kayak gini jadinya'. Begitu Fincher beneran nge-direct film ini, wajar ketika Flynn sendiri yang didaulat buat menulis versi naskah layar lebarnya. Buat yang udah baca novelnya (gue sendiri masih belum selesai), mungkin udah punya ekspektasi sendiri gimana kerjasama Fincher - Flynn ini. Gak ada kekhawatiran, mengingat Fincher dikenal piawai dalam mengadaptasi film dari novel (kayak The Girl With The Dragon Tattoo atau Curious Case of Benjamin Button). Buat yang suka sama novelnya, pasti kinjong sendiri kayak sohib gue Candra (yang menerima berita gagal tayang tadi lebih drama dibandingin gue).
Nick Dunne (Affleck) adalah seorang pria yang hidup bersama istrinya Amy (Pike) di sebuah kota kecil. Menjalani bisnis bar bernama The Bar bersama adik kembarnya, Go (Coon) dan mengajar kelas menulis kreatif adalah aktivitasnya sehari-hari. Di hari perayaan pernikahannya yang kelima, Amy tiba-tiba menghilang. Hilangnya Amy segera diproses oleh kepolisian setempat dan dibesar-besarkan oleh media massa. Dalam penyelidikan kepolisian sendiri, Nick terlihat sangat mencurigakan. Sedangkan pemberitaan media yang begitu masif membuat pernikahan Nick - Amy yang terlihat adem ayem di luar mulai terkuak kebenarannya sedikit demi sedikit. Benarkah Nick membunuh istrinya sendiri? Ada apa sebenarnya di antara Nick dan Amy?
First of all, Gone Girl dibuat dengan banyak layer yang semakin lama semakin mengejutkan. Seperti sensasi saat pertama kali makan klepon, pertama-tama yang lo rasakan adalah lapisan tepung beras yang kenyal dan sulit ditembus terus duar..!! Lo tiba-tiba mendapati seluruh mulut lo dibanjiri dengan gula merah cair. Di awal, kita seolah disajikan sebuah film thriller biasa : seorang istri yang menghilang dan seluruh isi kota mencari keberadaannya. Namun semakin kita terperosok kedalamnya, ada banyak hal yang cukup mengganggu. Selalu ada dua sisi dari satu cerita, namun yang manakah yang benar? Apa benar Nick - Amy bahagia seperti yang terlihat? Dengan narasi dan flashback dari Amy, bisakah kita bisa menyimpulkan bahwa Nick yang salah? Atau justru Amy yang berbohong? Atau malah bisa jadi keduanya. Kalau iya, terus gimana?
Kalau boleh jujur, menonton Gone Girl buat gue adalah sebuah mimpi buruk mengenai pernikahan. Secara mendalam, Gone Girl seolah ingin menunjukkan bagaimana rasanya ketika sebuah hubungan pasangan yang semakin mendingin dan menjauh satu sama lain. Bagaimana kedua orang yang dulu saling mencintai malah semakin membenci dan menyalahkan satu sama lainnya. Seperti yang sudah gue sebutkan di awal, Nick dan Amy benar-benar saling menyakiti satu sama lain dengan cara-cara yang manipulatif sekaligus 'sakit'. This is a warning, kita gak akan pernah bisa mengenal orang yang kita cintai. Apalagi jika ternyata pasangan lo adalah seorang psychopath dengan kemampuan manipulasi setara dengan Hannibal Lecter.
Dari sisi filmnya sendiri, kita tahu persis yang kita harapkan saat menonton film-film besutan Fincher : dark and gloomy. Dan Gone Girl adalah bukti lain bahwa area kekuasaan Fincher memang ada di sini. Gelap, pekat, dan intens seperti darah adalah suasana dan mood yang gue dapatkan selama hampir 2 jam mantengin Gone Girl. Apalagi dengan bantuan scoring gila dari Trent Reznor dan Atticus Ross. Sulit untuk bisa bernafas ketika tiba-tiba satu demi satu layer disingkap ke permukaan.
Tanpa perlu bertele-tele, Gone Girl bisa ada di tahap sekeren ini tentu saja juga berkat aktor-aktor yang bermain di dalamnya. Banyak yang berpikir 'Why Ben Affleck?', tapi Affleck memang cocok sekali memainkan karakter Nick yang clueless. Aktor pendukung lain seperti Neil Patrick Harris, Carrie Coon, dan Tyler Perry bermain bagus. Tapi tak bisa dipungkiri, bintang dari film ini adalah si gone girl itu sendiri : Rosamund Pike. Dengan akting dan suaranya yang dalam, anggun, sekaligus tak terjangkau, Amy sukses menjungkirbalikkan persepsi penonton. Di suatu titik, we are all Team Amy.
Secara keseluruhan, sensasi menonton Gone Girl udah kayak nonton Fight Club dan Se7en jadi satu. Ada banyak hal yang membuat Gone Girl begitu disturbing tanpa visual yang kejam seperti Se7en. Namun di sisi lain, ia juga bisa membuat otak meledak dengan tempo yang semakin menggila seperti di Fight Club. Dan buat Fincherian, kita semua udah seneng banget dikasih film bagus dan keren. Ini cara Fincher bersenang-senang : membingungkan, mengejutkan, sekaligus merangsang otak di saat yang bersamaan.
Dan memang ya, pernikahan adalah sebuah kerja keras dari kedua belah pihak. Selalu ada di saat-saat terbaik dan terburuk. Hadir di saat sakit maupun sehat, namun untuk kasus Gone Girl, 'sakit' adalah kata yang paling tepat. Terima kasih sudah bermain-main dengan benak gue, Fincher!
Nice review. Saya sendiri suka twistnya, walaupun endingnya ada perasaan tidak enak di hati.
BalasHapusJarang banget saya nemu karakter perempuan yang psikopat. Biasanya cowok yang jadi villain, psikopat, pembunuh,e tc.