Lebih Mahal Dari Cheetos!
Desember 2013, saya pernah nekat mewarnai rambut dengan warna oranye. Inginnya seperti warna senja di langit, padahal aslinya lebih menyerupai cheetos berjalan. Perawatannya cukup ribet, dan baru seminggu setelah pewarnaan, warnanya mulai luntur, menyisakan warna kuning jagung yang membuat saya seperti alay kelas wahid.
Konon, untuk mendapatkan warna dip dyed hair yang bertahan lama, catnya oun harus khusus. Produk yang sering dipakai dan memang terkenal dengan warnanya yang mencolok namanya Manic Panic, bisa ditemukan di online-online shop di intagram. Untuk cat plus bleaching dan juga zat yang membuat warnanya bertahan lama saja bisa menghabiskan biaya nyaris sejuta!
Belum lagi ditambah dengan saat pengecatan. Jenis ini tidak bisa dilakukan sendiri, seperti ingin menyemir rambut dengan merk seharga 50ribuan di indomaret. Pengerjaan bleaching adalah pekerjaan yang memakan waktu sejam hingga 2 jam, dan tentunnya ada beberapa alat yang dipakai agar rambut bisa berwarna putih lebih cepat. Di salon kantor, pengerjaan ini hanya seharga 100k, itupun yang mengerjakan anak magang yang belum tentu hasilnya memuaskan.
Terakhir adalah perawatan. Seminggu setelah pengecatan, rambut tidak boleh dicuci dengan sampo. Deterjen yang terkandung di dalamnya bisa membuat warna cepat luntur. Sampo pun harus khusus untuk rambut berwarna, plus dengan konditioner dan krim masker untuk menutrisi rambut yang rusak akibat proses bleaching.
Ribet? Banget. Tapi toh saat ini saya sedang serius mempertimbangkan untuk mewarnai rambut kembali, menjadi warna ungu seperti Kelly Osborne yang keren itu. Atau pink pucat, seperti Pixie Geldorf. Tapi mungkin warnanya bisa disesuaikan, karena toh saya hanya mampu melakukannya saat jadi kelinci percobaan dari siswa yang harus belajar. Mahal soalnya.
note : ini adalah tulisan kedua untuk #30HariMenulis, sebuah ajang menulis selama sebulan penuh dengan peserta teman-teman di laman facebook.
0 komentar: