Review : Mysterious Skin ( 2004 )
Mysterious Skin
" This Scar won't leaving you"
Director: Gregg Araki
Screenplay: Gregg Araki based on novel “Mysterious Skin” by Scott Heim
Cast: Joseph Gordon-Levitt, Brady Corbet, Bill Sage, Elisabeth Shue
Terkadang kenangan indah maupun yang buruk akan selalu tertanam dalam
alam bawah sadar kita. Dan fragmen-fragmen kenangan itu akan selalu
muncul, membayangi dan menghantui kita, apalagi jikalau kenangan yang
dimaksud begitu menyakitkan dan membuat trauma. Pertanyaannya kini
adalah, kalau kalian bisa memilih, akankah kalian akan selalu mengingat
memori buruk yang terus menghantui, atau meleburnya, menyembunyikannya,
hingga bahkan kalian tidak tahu itu pernah terjadi, namun jauh di dalam
diri kalian, kalian tahu ada sesuatu yang salah? Hal inilah yang jadi
tema utama dari film yang dibesut oleh Greg Araki di tahun 2004,
Mysterious Skin.
Brian (George Webster, later played by Brady
Corbet) adalah seorang anak lelaki introvert yang kerap pingsan dan
mengalami mimisan. Selama itu, dia tidak bisa mengingat mengenai apapun,
kenapa tiba-tiba ia bisa ada di suatu tempat atau bahkan kejadian yang
terjadi sebelum ia tak sadarkan diri. Brian lalu menganggap dirinya
diculik UFO dan menjadi sangat terobsesi dengan itu. Di sisi lain, ada
Neil (Chase Ellison, later played by Gordon-Levitt) yang tahu persis apa
yang terjadi pada dirinya. Dia adalah korban dari seorang pedophilia
yang berkedok pelatih baseball Litte League di kotanya. Ketika ia
beranjak remaja, Neil kemudian menjadi seorang pelacur homo. Nasib
kemudian mempertemukan mereka berdua. Apakah Brian memang pernah diculik
alien, atau ada misteri besar di balik hilangnya memori Brian? Dan apa
yang menghubungkan antara Brian dan Neil?
Film yang diangkat dari
novel berjudul sama ini dengan gamblang menceritakan dampak para korban
pelecehan seksual. Bagaimana secara psikologis, pengalaman traumatis itu
sangat merusak para korban. Dengan alur maju mundur, Araki secara
konsisten memperlihatkan dampak dari para korban pelecehan, bagaimana
berubahnya mereka sejak masa kanak-kanak lalu perlahan-lahan ‘rusak’,
tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Bahasa yang digunakan cukup
vulgar, dan walaupun shot-shot yang ada tidak secara eksplisit
menampilkan adegan seks, tapi gue bisa meringis sekaligus merasa mual
dengan semua yang ada. Praktis, selama durasi kurang lebih 90 menit gue
berjuang dengan perasaan jijik namun tidak bisa melepaskan pandangan
sedetik pun dari layar.
And may I say, this movie won’t be so
spectacular without Joseph Gordon-Levitt yang memainkan Neil dengan
begitu briliannya. Gue terus terang kaget dengan pilihan peran yang ia
mainkan, karena film-filmnya yang sudah gue tonton jarang sama dengan
karakter Neil. JGL biasanya selalu menjadi Mr. Nice Guy, a geeky and shy
one, atau orang yang selalu dependable, tapi di film ini kurang lebih
mengingatkan gue dengan karakter Brandon yang diperankan Fassy di Shame.
Seorang remaja yang sangat ‘terobsesi’ untuk berpetualang dalam hal
seks, demi mengisi kekosongan yang ada di dalam hidupnya. Dan selama itu
pula gue diajak terhenyak, betapa jauhnya dampak perbuatan seorang
child-eater kepada korbannya. Neil, membuat gue bisa ikut merasakan
kekosongan hidupnya. Ia tak tahu apa yang ingin ia kerjakan dalam
hidupnya. He seems so lost.
So yea, Mysterious Skin buat gue adalah
sebuah film ‘gelap’ yang begitu adiktif, menimbulkan perasaan mual but
you can’t resist to watch it. Kalo buat gue sih, film ini asyik gue
tonton berulang kali (seperti Shame), tapi buat banyak orang, nonton
film ini sekali mungkin sudah lebih dari cukup. But really, watching
this makes me realize that this world filled with lots of sick people.
Dan sebagai ibu dari dua orang anak, gue menjadi parno, sangat paranoid,
because what happen in this movie, what Araki showed and what JGL
portrayed are possible, it could be happen everywhere, even beside us.
Ada banyak kasus pelecehan seksual terhadap anak yang tidak pernah
terkuak, dan sudah barang tentu meninggalkan kerusakan yang mendalam.
Bayangkan para korban, yang harus menderita dalam diam mereka, just
imagining what they have to trough, to washed away all of those nasty
things alone, without any kind of help, and trying to make themselves
sane. It’s hard, I can understand that. And for finally realizing it, my
friend, it’s not a fun experience.
“And I thought of all grief and
sadness, and fucked up suffering in the world…and it made me want to
escape. I wished with all my heart that we could just leave this world
behind. Rise like two angels in the night and magically disappear.”
setubuh deh..ni film emang gelap abis, dan mungkin karena tokoh2 utamanya terhitung masih remaja, jadi lebih 'menohok' menurut ane dibanding Shame, plus ada latar psikologis juga di kisah ini
BalasHapusAnd JGL...kayanya ini best performance dia so far,
scene yg masih terngiang di kepala ane tuh shower scene--hm, memorable but horrible
Dua-duanya sih bagus menurut gue, cuma mungkin Mysterious Skin lebih detail penjabarannya sementara Shame membuat kita menebak-nebak sendiri soal detail psikologis di balik tokohnya. And yes, best performance from JGL so far, berharap dia akan lebih sering bermain di area gelap seperti ini. Dan epic memorable scene itu masih menghantui gue sampe sekarang, bikin mual :'|
Hapusiya tuh JGL potensi bagus padahal main yg dark gini,
BalasHapustapi sejak dewasa kayanya peran dia emang setipe gitu2 aja sayangnya..^^
eh tapi besok ada Don John Addiction tuh ... kayanya sih ceritanya s*x addict gitu, tapi keliatannya komedi
Kayaknya Don John Addiction komedi romantis gitu ya, kalo baca sinopsisnya :s..tapi siapa tau berpotensi bagus, who knows :D
Hapus