The Twilight Saga ; Breaking Dawn Part 2 "They are Meant To Be Together..."
Director : Bill Condon Screenplay : Mellisa Rosenberg and Stephenie Meyer Cast : Robert Pattinsons, Kristen Stewart, Taylor Lautner, Dakota Fanning, Mackanzie Foy, Michael Sheen
Belum pernah ada fenomena sebesar Twilight Saga sebelumnya. Suka atau
tidak, harus diakui, Twilight Saga menimbulkan sebuah euforia
menghebohkan, baik itu dari para twi-hards maupun para haters yang
jumlahnya sama banyak dan seimbangnya. Kebanyakan wanita memujanya.
Nyaris semua pria menghujatnya. Sejak tayang premiere kemarin saja sudah
berapa banyak gambar dan lelucon dari para haters yang beredar di
social media. Namun toh itu rupanya tidak menghentikan para vampire ini
untuk memperoleh lebih banyak uang dan jeritan histeris. Dan inilah film
penutup dari Twilight, Breaking Dawn Part 2.
Bersambung dari
Part 1nya setahun lalu, filmnya bercerita mengenai Bella (kini) Cullen
(Stewart) yang sudah bertransformasi menjadi vampire dan mulai menikmati
hidup bahagia bersama suaminya, Edward (Pattinson). Sahabat baiknya
Jacob (Lautner) sudah bisa menerima keadaan mereka dan bahkan
ter-imprint dengan putri mereka, Reneesme (Foy). Masalah muncul ketika
Alice (Greene) melihat masa depan dimana seluruh klan Volturi datang
untuk menghancurkan klan Cullen. Mereka bergerak cepat dan meminta
bantuan dari banyak rekan sesama vampire, seperti klan Denali hingga
vampire dari Amazone. Berhasilkah mereka mempertahankan diri dari
serangan Volturi? Truth to be told, saya bukanlah seorang
twihards maupun haters. I'm like a Swiss, maybe. Saya menikmati seluruh
seri novelnya, walau tidak menyukai filmnya. Saya akui, saya sangat
skeptis dengan keputusan membuat film ini menjadi 2 bagian. Demi
kepentingan uang yang lebih banyak, tentu saja. Saya membuat early
judgment (berdasarkan Part 1nya) bahwa film ini pasti akan sangat
membosankan. Dan sesungguhnya film ini justru mengejutkan saya, karena
saya tidak mengharapkan filmnya akan sebagus ini, dibandingkan dengan
seluruh seri sebelumnya, tentu. Dan saya akan mencoba menulis review ini
senetral-netralnya, tanpa memihak kepada pihak apapun (berasa keren,
maaf ya).
Dari segi sinematografi, Guillermo Navarro
mengerjakannya dengan sangat mencengangkan, in a good way. Pemandangan
alam dari kota Forks yang begitu snowy, dingin, mistis dan terpencil
di-capture dengan begitu indah. Bahkan lebih indah dari imajinasi saya
ketika membaca novelnya. Sinematografinya menambah nilai plus untuk
filmnya.
Dari segi akting, sayangnya tidak ada peningkatan
berarti dari para bintang utamanya. Stewart seperti biasa, nyaris tanpa
ekspresi. Pattinsons masih lebih baik, membuat saya agak sedikit
klepek-klepek dibuatnya (boleh kan ya, Mery?). Scene stealer
sesungguhnya adalah Michael Sheen sebagai Aro, sang pemimpin klan
Volturi. Begitu licik, licin bagai ular, sekaligus sedikit gila.
Mengingatkan saya akan Voldemort dan Joker sekaligus. Kekurangan dari
Breaking Dawn Part 2 ini adalah karena terlalu banyaknya karakter yang
muncul, membuat banyak karakter yang hanya selintas lewat, atau bahkan
terlupakan. Apalagi dengan flatnya akting dari pemeran utama, penampilan
Sheen begitu memorable dan menolong.
Dan terakhir, saya mau
mengangkat dua jempol saya untuk Bill Condon, yang dengan begitu berani
membuat twist yang mengejutkan para pembaca sekaligus sebuah tribute
untuk para hatersnya. Filmnya sendiri menyenangkan, dengan banyak
sempilan humor yang bisa membuat saya tertawa mengikik-ngikik. Tanpa
klimaks yang begitu mengejutkan itu, mungkin saya dan banyak haters
lainnya akan menghujat Breaking Dawn Part 2 ini. What a good closure!
Overall, Breaking Dawn Part 2 adalah film yang bisa merangkul para
twihards dan haters-nya di saat yang bersamaan. Para twihards akan
begitu meleleh melihat barisan vampire-vampire tampan sementara haters
akan bersorak melihat unexpected twist yang benar-benar WTF. Dan
akhirnya kini setelah Bella benar-benar bisa bersama Edward,
meninggalkan para twihards dan hates berperang tanpa akhir, membuat saya
bertanya-tanya, akankah ada lagi saga seperti ini, yang begitu
fenomenal dan menjadi sebuah kultur budaya yang begitu menggelegar?
0 komentar: