Review : Warm Bodies ( 2013 )
WARM BODIES
" This Zombie is getting warm"
" This Zombie is getting warm"
"
Director : Jonathan
Levine
Screenplay : Jonathan
Levine based on novel Warm Bodies by Isaac Marion
Cast :
Nicholas Hoult, Teresa Palmer, Analeigh Tipton, John Malkovich
Hollywood rasa-rasanya memang sedang begitu
larut di dalam demam post-apocalypse of
zombie invasion. Bukan hal yang aneh, karena toh genre ini memang sudah ada
sejak lama, tapi film-film zombie kini berada di puncak ketenaran. Toh, kalau
mau dipikir-pikir lagi, sudut pandang dari film-film ini selalu ada di pihak
para manusia, the mortal who really
trying to survive. Para the undead alias
zombie selalu menjadi pihak antagonis yang hanya menginginkan daging segar kita
semua. Dan kini, Warm Bodies mengambil sudut pandang para zombie, yang jatuh
cinta kepada manusia. And I was thinking
“Oh, here comes the Twilight’s legacy all over again…”
R (Hault) adalah seekor (apa seorang ya? Ah
sudahlah!) zombie dimana bumi sudah lebih banyak dipenuhi oleh para pemakan
daging bau ini. R merasa dirinya berbeda, karena dia masih merasa seperti
manusia di dalam pikirannya, walau dia tidak bisa menolak hidangan berupa
manusia hidup, lebih disukai kalau sedang berlari-lari ketakutan. Terutama
bagian otaknya, the yummiest part,
karena dengan memakan bagian tubuh ini, R bisa mengetahui memori dan pikiran
sang pemilik otak, membuatnya merasa seperti manusia walau hanya sejenak. Dalam
sebuah perburuan makan malam, R lalu bertemu dengan Julie (Palmer). Disanalah,
dia merasakan hal yang tidak lazim dialami para zombie : love at first sight. And his heart start to beat again. Dengan
segera dia menyelamatkan Julie dan membawanya pulang. Namun, ada The Boneys,
sebuah zombie form yang mengerikan,
yang tidak berperikemanusiaan, mencium keberadaan Julie dan menginginkan mereka
berdua. Maka, R harus menyelamatkan Julie dari kejaran The Boneys, sekaligus
merasakan dirinya seolah-olah kembali menjadi
manusia normal. Berhasilkah R menyelamatkan Julie? Akankah R bisa
menjadi seperti manusia normal lainnya?
First
thing first, sejak awal gue
mendengar tentang pembuatan film ini, gue ada di pihak yang rajin mencemooh di
media twitter. Gue ngerti sih, Summit memang sedang gencar-gencarnya mencari franchise baru untuk menggantikan
Twilight Saga dan mengisi pundi-pundi uang mereka, but come on! Zombie dan manusia? Pertama, mereka itu ‘mati’ lho!
Emang sih vampire juga ‘mati’ tapi kan vampire
is in a good shape! Vampire always good looking, while zombie…bentuknya ga
karuan and they don’t look appealing…in a
hot way. Never. Kedua : zombie itu kan bauuuu! Just imagining a zombie kissing me (walo mungkin berakhir dengan
bibir gue dimakan, which is more make
sense to me), and I feel like want to
biting my lips hard, just to make sure the lips warm, save, and kissable.
(Silahkan, kalo mau muntah...)
Tema cinta terlarang memang selalu menarik.
Emang ya, manusia pada dasarnya selalu tertarik dengan apa pun yang dilarang.
Dan pengeksploran tema forbidden love ini
semakin luas saja. Apalagi ketika temanya lion
fallin in love with the lamb. Pihak yang berbahaya, ada di puncak rantai
makanan malah jatuh cinta kepada buruannya.
Vampire dan manusia sudah terlalu mainstream.
Bahkan Alien dan monster yang jatuh cinta kepada manusia pun sudah
dieksplor…so why not for zombie?
And
really, semua kekonyolan yang
bisa gue pikirkan ketika baru mendengar tema ceritanya saja justru membuat gue
harus menjilat ludah gue sendiri (or in
this case maybe I should scrolled down my timeline and deleting my previous
mocking tweets). Karena filmnya ternyata bagus, and even much more better than Twilight Saga. Ketika di Twilight
Saga menekankan tentang kisah percintaan Edward-Bella dengan segala aktifitas
fisiknya, Warming Bodies memilih penekanan di line-linenya yang witty,
humble, dan sangat lucu. Edward Cullen boleh terlihat sangat sempurna di
layar, dengan wajah tampan bagaikan pualam dan kulit blink-blinknya, tapi menurut gue R lebih terlihat lovable dengan sikap zombienya yang
kaku, awkward, dan bahkan menganggap
dirinya sendiri pengangguran. (Pernyataan gue bisa dibilang invalid, toh gue ga
pernah ngefans sama karakter Edward Cullen. Justu gue malah suka sama Jasper
Cullen, hehe).
Levine, yang sudah dikenal lewat 50 : 50
berhasil menghidupkan cerita ini, tanpa harus merasa membuatnya menjadi terlalu
berlebihan. Diangkat dari novel karangan Isaac Marion berjudul sama, Levine
yang juga menulis skenarionya memberikan sentuhan angin segar di genre zombie,
sebuah kisah romantic comedy yang
dicampur dengan tema horor , dalam usahanya memanusiakan para zombie. Sweet, simple, but heart warming. Walau mungkin dari sisi komedi dan
kontinuitas cerita masih kalah dari Zombieland ataupun Shaun of The Dead, toh
misinya berhasil, membuat penonton (in
this case..gue) tertawa terpingkal-pingkal menonton sisi lain dari para
zombie. Apalagi ditambah dengan beberapa adegan yang mengingatkan gue dengan
film Romeo + Juliet atau bahkan memocking
beberapa hal dari Twilight Saga, it
is really refreshing!
Lalu, Warm Bodies menambah nilai positifnya
dengan deretan soundtrack khas 80an seperti lagu Pretty Woman dan lagu-lagu
rock keren dari Scorpions, Guns and Roses, dan masih banyak lagi. Kalau di
Twilight Saga seolah memantapkan diri dengan tema soundtrack top 40, Warm
Bodies mundur agak jauh ke belakang, memperkenalkan spirit of hipster teen seperti tokoh R itu sendiri.
Dari jajaran cast, Hoult tampil lovable sebagai
R, seorang teen-look-alike zombie dengan
jaket hoodie merahnya yang lusuh dan kumal, postur tubuhnya yang bungkuk, dan
juga inner mind-nya yang cerewet dan super manis. Just like any ordinary geeky teens all over the world, and he got my
heart already when he said "Keep...you...save" and "Don't be
creepy, don't be creepy". Hoult sudah pasti menjadi rising actor untuk
setahun ke depan, dengan film-film 'besar' yang akan segera rilis, and I bet you won't getting boring with him.
Di sisi lain, ada Julie yang diperankan oleh
Teresa Palmer. Mungkin tidak ada yang super spesial dengan aktingnya, toh
karena karakterisasi yang harus dibawakannya tidak terlalu rumit, tapi karena
sejak awal review ini gue buat dengan perbandingan Twilight Saga, aktingnya
jelas lebih ekspresif dibandingkan dengan Kristen Stewart. Dan karakter
sidekick, Nora (yang juga tidak terlalu berbeda dengan karakter yang
diperankannya di Crazy, Stupid, Love) yang dimainkan Analeigh Tipton cukup
mencuri perhatian. Sayang, Malkovich hanya tampil sedikit, tapi cukup
meyakinkan sebagai seorang ayah sekaligus pemimpin yang saklek dan berkepala
batu. Not his best one though, but still
enjoyable and much more better than that crappy and annoying role in The Dark
Side of the Moon.
So yea
overall, Warm Bodies finally give me a punch in my face, for making such a very
bad and poor early judgement. I kept my expectation low, and it surprisingly
good. Well, not that 'good'
karena toh di bagian pertengahan ke akhir sudah mulai agak melempem dan predictable, but it really keep you wide awake, laughing, and feel entertain. It
such a sweet guilty pleasure, and definetely worth watching more than once. And
it might not warming my body (hence the title, hehe), but it warming my heart.
0 komentar: