Review : El Bulli: Cooking In Progress ( 2011 )
El Bulli: Cooking In Progress
"When Creativity Have No Boundaries"
Director: Gereon Wetzel
Screenplay : Gereon Wetzel and Anna Gnesti Rosell for the concept
Genre: Documentary
Cast: Ferran Adria
Satu hal yang mungkin gak banyak temen-temen saya tahu, saya suka
dengan dunia kuliner, terutama mengenai proses memasak sebuah hidangan
di dapur chef professional. Walaupun saya tak suka memasak, tapi ada
sebuah kepuasan tersendiri dalam menonton proses penciptaan tersebut,
karena seperti yang dikatakan Collete dalam film animasi Ratatouille,
"You think cooking is a cute job, eh? Like Mommy in the kitchen? Well,
Mommy never had to face the dinner rush when the orders come flooding
in, and every dish is different and none are simple, and all of the
different cooking times, but must arrive at the customer's table at
exactly the same time, hot and perfect!" And when comes to dish,
terutama dalam haute cuisine, makanan bukan hanya harus enak, tapi juga
indah dan memberikan sebuah pengalaman baru.
Film ini adalah
sebuah dokumenter di tahun 2010 yang menceritakan mengenai restoran El
Bulli itu sendiri. El Bulli adalah restoran yang mendapatkan 3 Michelin
stars, yang berlokasi di Roses, Catalonia, Spanyol, yang dipimpin oleh
executive chef Ferran Adria. El Bulli terkenal sebagai "the most
imaginative generator of haute cuisine on the planet". Restorannya
sendiri tidak buka sepanjang tahun, hanya 6 bulan saja. Dan ketika
restorannya ditutup, chef Adria menciptakan konsep hidangan baru, dengan
keahliannya dalam gastronomi molekular, dibantu dengan sous chefnya
Oriol Castro dan Eduard Xatruch.
Masakan apa yang akan mereka sajikan?
Saya suka sekali dengan film ini. Dengan detail memperlihatkan proses
kreativitas dalam penciptaan menu-menu baru yang terlihat sederhana
namun sangat kompleks dan menyulitkan. Bayangkan saja, untuk menu
appetizer seperti Tangerine with Ice Vinaigrette dibutuhkan waktu lama
untuk menciptakan mix-and-match agar rasanya sesuai dengan ekspektasi.
Mencoba-coba kombinasi minyak untuk salad dressing mulai dari hazelnut
oil, truffle oil, hingga olive oil dan kemudian malah menciptakan ide
ice vinaigrette dengan bantuan liquid nitrogen membuat gue tersadar,
inilah sekumpulan orang-orang yang sangat mencintai pekerjaannya. Mereka
bukan hanya sekedar bekerja, mereka menciptakan. Mereka adalah seniman,
melukis diatas piring. Mereka adalah ilmuwan, bermain-main di lab,
mencampurkan bahan A dan B dan menciptakan sesuatu yang baru. Proses
kreativitasnya tidak hanya berhenti setelah selesai membuat konsep awal,
seluruhnya berkembang. Banyak menu baru yang tercipta justru dari hasil
ketidaksengajaan. Dan chef Adria meminta semua stafnya untuk turut
serta dalam proses kreativitas tersebut, membuat seluruh hidangan yang
ada bukan hanya miliknya, namun juga milik semua.
And there,
this movie left me speechless. Dan ketika satu per satu foto hidangan
ditampilkan sebagai penutup, I'm shaking and gasping. It is wonderful,
mesmerizing, and beautiful. And again, it's an art. Ketika sebuah
kreativitas, yang tak mengenal batasan apapun, melaju kencang bertemu
dengan teknik memasak tingkat tinggi dan kemampuan para chef tersebut
bermain-main dengan gastronomi molekul, menciptakan sesuatu yang
melebihi sekedar makanan, tapi juga seni. Keindahan yang bukan hanya
sekedar memanjakan lidah namun juga mata. Dan buat pecinta dunia
kuliner, film ini layaknya sebuah film porno. Membuat kita terbuai dan
'panas', ingin ikut menikmati apa yang kita tonton. You have to watch it
by yourself to agreed with my statement.
Because it is a food porn movie. Oh yea, baby!!!
*****
Dan saya ingin menutup review ini dengan quote
Anthony Bourdain,
"Pastry chefs everywhere—when they see this—will gape
in fear, and awe, and wonder. I feel for them; like Eric Clapton seeing
Jimi Hendrix for the first time, one imagines they will ask themselves
'What do I do now?'."
- Anthony Bourdain talks about Chef Adria's book
|
Coconut Sponge |
|
Cherry Umeboshi and Frozen Rose |
|
Tangerine with Ice Vinaigrette |
---------------------------------
Film dokumenter ini ditayangkan secara gratis di IIC pada tanggal 29
November dan Goethehaus pada tanggal 1 Desember sebagai bagian dari
Europe on Screen 2012. Untuk info lebih lengkap mengenai EoS, silahkan
buka www.europeonscreen.org
0 komentar: