Movie Review : 12 Angry Men
12 Angry MenDirector : Sidney Lumet
Story : Reginald Rose
Cast : Henry Fonda as Jurror #8, Lee J. Cobb as Jurror #3, Martin Balsam as Jurror #1, John Fielder as Jurror #2
12 Angry Men adalah salah satu film yang diakui sebagai film terbaik yang pernah ada. Google it. Begitu banyak review positif dari film ini. Sebenernya sudah lama gue pengen ngebuktiin sendiri, sayangnya kadang mood buat nontonnya gak ada (hal yang gue sesali sampai detik ini), dan kadang mood itu datang disaat yang gak tepat, pas anak gue rewel misalnya. Syukurlah akhirnya waktu, mood, dan kesempatan berkonspirasi pagi ini. Akhirnya bisa nonton juga. And I don’t regret it. It is beyond amazing!
Diangkat dari sebuah lakon di TV pada tahun 1954, film diawali ketika kedua belas juri diminta untuk membuat keputusan untuk kasus pembunuhan seorang remaja 18 tahun yang didakwa membunuh ayahnya sendiri. Setting kemudian berpindah ke sebuah ruangan tertutup dan sempit yang hanya diisi meja panjang dan 12 kursi. Seharusnya mudah saja untuk menyeret anak itu ke kursi listrik. Semua buktinya jelas memberatkan. Hanya membutuhkan waktu tidak lebih dari 5 menit untuk sepakat bahwa ia bersalah. Namun, Juri #8 (Fonda) masih tidak yakin kalau terdakwa benar-benar bersalah. Satu melawan sebelas. Dan selama film berjalan kita akan dibuat berdecak kagum dengan dialog-dialog cerdasnya.
Dibutuhkan sebuah cerita yang baik dan kuat untuk membuat sebuah film drama berdurasi 1,5 jam dalam setting tempat tertutup. Filmnya sendiri hitam-putih, toh tidak membuat gue kesulitan menikmati filmnya. Tak ada kesan “jadul” justru tiap scene-nya terlihat cantik. Dan agak menimbulkan kesan claustrophobia. Gue bisa merasakan betapa ‘panas’nya suasana di dalam ruangan juri. Bahkan keringat mereka direkam dengan detail dan cantik.
Cerita yang kuat dan baik itu diperkuat lagi dengan karakterisasi kedua belas tokoh yang begitu mendalam. Kita tidak mengetahui nama mereka. Tapi setiap ekspresi, setiap gerakan-gerakan kecil, setiap dialog yang diucapkan membuat gue gak bisa bergeming. Seiring waktu berjalan gue semakin berdecak kagum sambil senyam-senyum sendiri. Terutama untuk karakter Juri #8 (Fonda). Dia satu-satunya juri yang memberlakukan asas praduga tak bersalah kepada terdakwa. Dia satu-satunya juri yang tak yakin terdakwa benar-benar bersalah. Dan dia mengemukakan keraguannya secara gamblang dan cerdas. Sebagai penonton kita pun digiring untuk setuju dengan setiap sudut pandangnya. Dan ketika juri lainnya satu per satu mulai ikut menyatakan keraguannya, cerita semakin memanas dengan dialog-dialog cerdas yang mudah dicerna.
Sebagai lawan seimbang bagi Fonda adalah Juri #3 (Cobb) yang secara konsisten bersikeras bahwa terdakwa bersalah. Gue gak suka sama karakternya. Selalu berteriak marah, tak mau mendengar pendapat orang, namun begitu mencapai ending, gue tidak bisa tidak ikut terharu dan meringis sedih.
Berbeda dengan sistem peradilan di Indonesia, di AS sana keputusan mutlak berada di tangan 12 orang juri. Nasib seseorang ditentukan dari dua belas orang yang tidak memiliki kaitan apapun terhadap kasus, tidak saling mengenal satu sama lain. Sangat manusiawi jika kita merasa sangat superior atau bahkan seperti ‘Tuhan’ ketika ada di dalam posisi mereka. Keputusan kita menentukan hidup-matinya seseorang. Maka dari itu, sangat dibutuhkan sikap asas praduga tak bersalah. Selalu ada kemungkinan dalam setiap masalah, apapun itu. Hanya diperlukan kepala dingin untuk bisa melihat kemungkinan itu.
Overall, I’m agree that 12 Angry Men is one of the best movie ever made. And I’m lucky for watching it, finally. Again, it has a great and strong story and characterization. It’s so thrilling and stabbing my heart again and again and again. And I don’t mind to watch it again, soon.
Juror #8: “It’s always difficult to keep personal prejudice out of a thing like this. And wherever you run into it, prejudice always obscures the truth. I don’t really know what the truth is. I don’t suppose anybody will ever really know. Nine of us now seem to feel that the defendant is innocent, but we’re just gambling on probabilities – we may be wrong. We may be trying to let a guilty man go free, I don’t know. Nobody really can. But we have a reasonable doubt, and that’s something that’s very valuable in our system. No jury can declare a man guilty unless it’s SURE. We nine can’t understand how you three are still so sure. Maybe you can tell us.”
Trailer :
0 komentar: