Director : Ang Lee Screenplay : David Magee, based on 2001 novel by Yann Martel Cast : Suraj Sharma, Irrfan Khan, Tabu, Adil Hussain, Gerrard Depardieu, Rafe Spall
Seperti yang pernah saya tulis di salah satu review saya terdahulu,
dunia literatur adalah surga ide untuk dunia film. Namun terkadang
permasalahannya, apa yang dituangkan di dalam tulisan, tidak serta merta
bisa divisualisasikan secara sempurna, kadang esensi dari filmnya
sendiri tak didapatkan dari pembaca novelnya. Bahkan ada novel yang
menyandang status "unfilmable", dikarenakan tingkat imajinasi yang
tertulis di dalamnya sangat sulit untuk digambarkan secara nyata dan
setia. Novel Life of Pi yang ditulis oleh Yann Martel di tahun 2001
adalah salah satunya. Proses pra-produksi filmnya sendiri sudah
berlangsung sejak tahun 2003. Beberapa nama sempat dipertimbangkan untuk
menyutradarai film ini sebelum Ang Lee, seperti M. Night Shyamalan,
Alfonso Couron, dan Jean-Pierre Jeunet. Film ini menjadi semakin
anticipated setelah saya melihat trailernya. Demi menekan ekspektasi
yang sudah melambung tinggi ini, saya justru sengaja tidak mencari tahu
informasi apapun, bahkan tidak mencari tahu resensinya karena saya
sendiri belum membaca bukunya. Pertanyaannya kini, apakah Ang Lee
berhasil memenuhi pengharapan tinggi saya ini?
Di India,
hiduplah seorang anak bernama Piscine 'Pi' Patel (Sharma). Anak ini
unik, karena ketika anak-anak lain mengumpulkan perangko, dia justru
mengumpulkan agama. Ya, Pi memeluk 3 agama sekaligus karena dia percaya,
betapapun banyaknya agama, Tuhan tetaplah satu. Keyakinan ini yang
dijadikan olok-olok oleh sang ayah, Santosh (Hussain) yang memiliki
kebun binatang lokal. Ketika keadaan keuangan mereka memburuk, orang tua
Pi sepakat untuk menjual seluruh hewan di kebun binatang dan pindah ke
Kanada. Jadi, berangkatlah mereka dengan menaiki kapal laut, bersama
dengan seluruh binatang tersebut. Naas, terjadi badai besar yang
menenggelamkan seluruh kapal, dengan hanya menyisakan Pi dan seekor
harimau benggala bernama Richard Parker. Akankah Pi berhasil selamat,
atau dia justru malah jadi korban keganasan Richard Parker?
Satu hal yang bahkan masih terlintas di kepala saya hingga detik ini :
WOW. Yea, wow. I'm speechless. Filmnya mungkin terlihat sederhana, tapi
sungguh....it's a WOW! Saya suka sekali dengan gaya bercerita Ang Lee,
yang walaupun pace-nya terasa sedikit lambat tapi toh bahkan tidak
terasa sama sekali. Durasi selama dua jam lebih mengalir begitu saja,
bagaikan air yang mengalir, membuai mata dan pikiran saya tanpa ada
jeda. Ang Lee bagaikan menceritakan kembali sebuah dongeng yang indah,
dan saya bagaikan seorang anak kecil yang duduk manis duduk di pangkuan,
nyaris tak mau berkedip saking terpesonanya. Setelah tahun kemarin ada
Scorsese membuai mata saya dengan Hugo, kini giliran Ang Lee membuktikan
kehebatannya sebagai sutradara pemenang Oscar bahwa ya, dia adalah
salah satu sutradara terbaik di dunia dan ya, dia mampu memfilmkan
sebuah novel dengan titel 'unfilmable' dengan begitu indah dan
cantiknya.
Kekuatan lain dari film ini terletak pada
sinematografi yang dikerjakan oleh Claudio Miranda. Saya memang baru
menonton versi 2Dnya, tapi percaya deh, sinematografinya juara banget!
Apa yang saya tonton kemarin bukan hanya seperti lukisan, namun
benar-benar seperti asli, seolah saya ikut tersesat bersama Pi dan
Richard Parker di luasnya lautan. And I really do. Melihat lautan yang
begitu tenang tanpa ada riak-riak ombak, memantulkan jutaan bintang
bagaikan cermin raksasa. Atau menyaksikan ribuan ikan terbang yang
melayang di permukaan laut. Juga melihat ikan pari raksasa dan jutaan
ikan yang menyala berpendar di dalam kegelapan laut malam. Dan terutama
pulau asing terapung yang diisi oleh meerkat. Begitu hijau, indah, dan
mistis. Dan apa yang tulis ini tidak bisa menuliskan apa yang sudah saya
tonton. Eye-gasm. Watch it by yourself. Better in 3D.
Kekuatan
lainnya ada di tangan aktor pendatang baru, Shuraj Sharma. Dibutuhkan
kekuatan dan kualitas akting tingkat tinggi untuk menghidupkan sosok
seorang Pi. Richard Parker kebanyakan adalah hasil CGI, maka karena
itulah akting Sharma begitu kuat dan sempurna. Dia menghidupkan film ini
sendiri, dan itu bukan hal yang mudah, apalagi untuk seorang pendatang
baru. Akting Sharma ini mengingatkan saya kepada Tom Hanks di film Cast
Away. Tanpa kekuatan akting Sharma, Life of Pi mungkin hanya indah di
visualisasinya. Seolah Life of Pi adalah perpaduan dari Discovery
Channel dan Cast Away, lalu kemudian ditingkatkan keindahannya
berkali-kali lipat. Perfecto.
So overall, Life of Pi is an
almost perfect movie, baik dari sinematografi, cerita, hingga kekuatan
akting tunggal dari Sharma. Dan lebih dari itu, Life of Pi adalah sebuah
film religius dalam proses pencarian Tuhan, keikhlasan, dan keyakinan
terhadapNya, tanpa menjadi preachy dan bertele-tele. Dengan keindahan
visualnya, saya tak bisa berhenti mengucap syukur, karena Ang Lee
membuat saya percaya mengenai Sang Maha Besar dan Maha Berkuasa, betapa
kerdil dan tak berartinya kita di hadapanNya. Dan sekarang, Life of Pi
menjadi salah satu film yang 'unreviewable' buat saya. I'm still
speechless here.
Thank you, Ang Lee.
"All of life is an act of letting go but what hurts the most is not taking a moment to say goodbye."
wow…itu kata pertama ane pas nonton,
BalasHapusya wow 3d-nya, ga nanggung2 dah..and pasti ceritanya yg ane rasa ‘kontemplatif’..(halah2 bahasanya)
penasaran juga pengen nyari bukunya nih…hih