Only God Forgives (2013) : "Hence the Title, Sick-o!"

00.19 Unknown 0 Comments




Director : Nicolas Winding Refn
Screenplay : Nicolas Winding Refn
Cast : Ryan Gosling, Kristin Scott Thomas, Vithaya Pansringarm, Rhatha Phongam

Di tahun 2011 kemarin, ada Drive, sebuah film stylish yang mengkombinasikan unsur action, crime, sekaligus romance dalam satu wadah utuh, dengan gaya 80an yang sangat kental dan kekerasan yang jauh lebih mencengangkan, dan semuanya malah menghasilkan sebuah film yang betul-betul indah, dan menjadi salah satu film favorit gue. Oh gue ralat : film romantis kesukaan gue. Dan mungkin akan banyak yang menyangka gue sakit jiwa atau apa, tapi dengan semakin brutalnya adegan di Drive, semakin romantis memang jadinya. Hal ini tentu membawa Gosling ke puncak ketenaran dengan perannya sebagai Driver, dan Refn juga menjadi director atau auteur favorit banyak orang, termasuk gue. Dan kerjasama mereka berdua tentu menjadi sesuatu hal yang dtunggu-tunggu.

Lalu hadirlah Only God Forgives, yang dirilis di Cannes 22 Mei tahun ini, kerjasama kedua dari Refn-Gosling. Berbeda dengan Drive, kritik dan saran datang silih berganti mewarnai film ini. Banyak yang menganggapnya brilian, namun banyak pula yang tidak menyukainya. Satu hal yang pasti, ada banyak darah yang tercecer. Seberapa banyak? Bukan ratusan sih pastinya. (Daaaan....gue sudah mulai terdengar kayak iklan wafer yang annoying itu).

Julian (Gosling) adalah seorang pengusaha asal Amerika yang tinggal di Bangkok, Thailand. Usahanya melibatkan sebuah boxing club sebagai sebuah kedok di balik usaha narkotika yang begitu besar. Pada suatu malam, kakak Julian, Billy secara tiba-tiba memperkosa dan membunuh seorang pelacur di bawah umur. Billy kemudian dieksekusi hingga tewas oleh sang ayah pelacur, dibawah ijin dari Lt. Chang (Pansringarm). Ibu mereka, Crystal (Scott Thomas) datang dan meminta Julian untuk menuntut balas. Julian dengan sikap dingin dan tak peduli menolak, dan membuat Crystal harus turun tangan sendiri melawan Lt.Chang. Dan di tengah pertikaian tersebut, darah mengalir deras.

One thing for sure : this is not Drive, walau peran Gosling sebagai Julian kurang lebih mengingatkan gue dengan perannya sebagai Driver. Diam dan dingin, tanpa ekspresi. Namun entah kenapa, Julian terlihat sebagai ikan mas yang sekarat di fish-tanknya, menatap kosong dan hampa keadaan yang terjadi di sekitarnya tanpa benar-benar peduli ataupun terlibat di dalamnya. Seolah tak punya jiwa, dan benar-benar tersesat, jauh ke dalam lubang hitam yang tak berujung.

Refn menyutradarai Only God Forgives dengan cita rasa yang berbeda sekaligus sama dengan Drive. Kalau Drive kental dengan nuansa khas 80annya, OGF hadir dengan pencahayaan minim dicampur warna-warna merah, biru, dan kelabu dengan detail yang mengingatkan gue sekilas dengan Oldboy-nya Chan Wook. Score dari Cliff Martinez dengan musik yang rendah mencekam dicampur dengan instrumen khas Thailand juga turut membantu mood yang ingin diciptakan. Lalu apa kesamaannya dengan Drive? Kadar kekerasannya.

Ah, mungkin gue kurang tepat mendeksripsikannya. Jika di Drive, kadar kekerasan yang ada berpadu dengan dramanya, menghasilkan sebuah harmonisasi, seperti yang sudah gue bilang tadi, membuat gue meringis tapi sekaligus heart-melting (once again, call me sick or what), di OGF gue merasa dipaksa menjadi Julian, diikat di kursi dan dipaksa melihat sebuah hidangan visual yang disajikan dengan banyak sabetan, pukulan, tembakan yang menghasilkan potongan tubuh dan darah yang bertumpahan. Banyak mayat yang bergelimpangan Untuk sebuah aksi balas dendam yang gue sendiri tidak bisa "rasakan", or at least, Refn tidak bisa membuat gue merasakan sebuah simpati yang mendalam terhadap karakter-karakter utama yang terlibat. Semuanya terasa begitu dingin, tidak ada sedikitpun unsur 'manusiawi' yang bisa gue tangkap. Dan gue cuma bisa mengaduh-aduh dengan ngilu.

Dan gue benar-benar bisa memahami kenapa banyak orang tidak menyukai yang satu ini. Batas kekerasan di dalamnya benar-benar 'sakit'. And really, hence the title : Only God Forgives literally means only God forgives. Seolah di OGF, manusia-manusia di dalamnya tidak memiliki sedikit pun nurani, dibutakan oleh 'dendam' yang tidak bisa gue rasakan, sebagai tenaga utama yang menggerakkan mereka untuk terus menyabetkan senjata tajam. Bunuh, bunuh, bunuh, dan bunuh. Dan oh, buat sebuah scene yang bahkan masih menancap otak gue dengan begitu jelas dan tajamnya...sampai sekarang.

Di sisi yang berbeda, gue bisa merasakan sesuatu yang lain. I'm actually enjoyed this! Walau ngilu di banyak tempat yang tidak menyenangkan, plus pemandangan yang mengerikan (buat nyali gue yang setipis kertas), tapi ada sebuah sensasi aneh yang diberikan Refn buat gue. Refn seolah mengajak gue masuk ke dalam sebuah labirin berbentuk lingkaran tanpa ujung, membawa gue berputar-putar tanpa henti, ketika menemukan ujung, gue menemukan sebuah awal lagi. Aneh memang. Ada banyak detail yang baru kemudian gue ingat secara sekilas, terpisah-pisah dalam banyak fragment yang muncul sekilas kemudian hilang, tapi gue selalu menemukan pola lingkaran ini di dalam kepala gue ketika gue mengingatnya.

So yeah....Salah gue memang kalau mengharapkan sesuatu yang lebih dari Drive. Only God Forgives memberikan terlalu banyak adegan sinting yang membuat gue bergidik ngeri. Sayang Gosling main terlalu 'aman'. Tapi sensasi aneh yang diberikan Refn cukup membuat gue keasyikan sekaligus aneh sendiri. Dan yang pasti, OGF akan masuk menjadi salah satu dari film-film yang cukup gue tonton sekali....tapi menghantui gue dalam waktu yang lama. Dan memang cuma Tuhan yang Maha Pengampun. Hence the title, sicko! *self-keplak*

(tyz)


0 komentar: