Review : Norwegian Wood

00.25 Indanavetta 1 Comments




Seorang sahabat baik, Zun memberikan gue novel ini ketika gue akan pindah, pertengahan 2010 lalu. Ketidak-inginannya untuk mengangkat buku ini sebagai bahan skripsinya di studi Fakultas Sastra Jepang malah membuat gue penasaran, se'berat' apa sih bukunya?

Cerita dibuka dan diceritakan dari sudut pandang sang tokoh utama, bernama Watanabe. Pesawatnya baru saja mendarat di bandara Jerman, dan ketika sebuah instrumen lagu Norwegian Wood dari The Beatles mengalun, tiba-tiba dia teringat akan masa lalunya, 20 tahun yang lalu. Masa lalunya yang bernama Naoko, yang juga kekasih almarhum sahabatnya, Kizuki. Bagaimana gadis ini begitu mempengaruhi kehidupan Watanabe. Dan juga mengenai sosok gadis aneh penuh kehidupan bernama Midori. Gue ga mau bercerita banyak soal isi bukunya. You should read by yourself. Yang membuat gue sangat tertarik untuk mengulasnya adalah pemikiran-pemikiran sang penulis, Murakami-sensei dalam menggambarkan sang tokoh utama dalam novel ini.



Tokoh Watanabe disini digambarkan sebagai seorang penyendiri, yang sangat menikmati kesendiriannya. Dia bukanlah tipe orang yang berusaha untuk disukai atau dipahami oleh orang kebanyakan. Dengan setting tahun 60-70an, orang seperti Watanabe ini tentu jarang ditemui. Gue justru menganggapnya sangat menarik. Dia mempunyai selera musik dan bacaan yang begitu luas. Yang justru menggambarkan selera dan wawasan dari Murakami-sensei sendiri. Watanabe berusaha sekeras mungkin untuk bertahan dari kebosanan dalam menghadapi rutinitas hidupnya yang sepi dan hampa, suatu hal yang masih sangat relevan sampai saat ini. Perasaan 'tanggung jawab'nya kepada Naoko sangatlah tinggi, yang membuatnya rela menjalani kehidupan yang membosankan. Dia dan juga Naoko masih sangat terikat oleh kematian Kizuki. Mereka berdua seolah ikut terseret ke dalam kegelapan hati Kizuki. Yang membedakannya adalah, Watanabe berhasil bertahan dan berusaha untuk tetap waras mempertahankan Naoko.

Kehidupan tenang Watanabe mulai terusik ketika bertemu Midori, tokoh kesukaan gue dalam novel ini. Midori adalah seorang gadis aneh yang berpikiran sangat terbuka akan segala hal, dan dia juga seorang yang sangat kuat dalam menjalani latihannya mengatasi kebosanan hidup. Gadis yang sangat blak-blakan mengutarakan pemikirannya, kalau melihat dari setting waktunya, juga sangat jarang ditemui. Dan Watanabe terasa begitu 'hidup' ketika sedang bersama Midori. Hal yang membuatnya bingung, dikarenakan rasa tanggung jawabnya kepada Naoko.

Secara keseluruhan, mood dan tone novel ini bisa gue gambarkan bagaikan musim dingin yang tak pernah berhenti. Seperti hujan salju yang selalu turun pagi sampai malam. Begitu kelam dan membuat depresi. Pemikiran-pemikiran tak umum dari Watanabe secara tidak langsung membuat gue, dalam hal ini, ikut merasa depresi, namun tidak sabar ingin segera menyelesaikan novelnya. Aroma kematian begitu kuat terbaca dari sejak bab pertama. Novel ini, membuat gue begitu sering memikirkan tentang kehidupan dan kematian sebagai satu kesatuan, bukan bagian yang terpisah, dan juga dampak dari kematian bagi orang yang ditinggalkan. Kita bisa memilih untuk selalu terseret dalam masa lalu (dilambangkan sebagai kematian) seperti Naoko, atau pada akhirnya kita harus bangkit dan meneruskan latihan kita dalam menjalani kebosanan hidup (dilambangkan dengan kehidupan) dengan penuh kekuatan baru dan optimisme untuk menyongsong masa depan, seperti Midori.













Novelnya ditulis oleh Haruki Murakami, seorang penulis Jepang kenamaan di tahun 1987. Bagi banyak pembaca setianya, Norwegian Wood digambarkan sebagai salah satu karya paling 'ringan', bertemakan soal kegalauan masa remaja di era 60-70an, dipenuhi dengan musik The Beatles, alkohol, dan seks bebas. Novelnya sendiri sudah divisualisasikan ke dalam film di tahun 2010. Dan setelah membaca ini, gue justru semakin bernafsu untuk mencari karya Murakami-sensei yang lainnya. Gue yakin, buku lainnya akan sama menakjubkannya dengan Norwegian Wood.



Note : Review ini sudah dipublikasikan di tahun 2012 via notes akun Facebook gue :p

1 komentar:

  1. jadi gimana mbak?

    sekarang udah ketemu karya-karyanya Murakami sensei yang lain?

    saya juga suka karya Murakami sensei setelah nemu Norwegian Wood dan baca gratis di gramedia.

    konon kata beliau, Norwegian Wood mesti dibaca lebih dulu untuk bisa suka karyanya yang lain. :)

    BalasHapus