Ratatouille (2007) : "A Sweet Irony Behind A Piece of Gourmet Art"
Director : Brad Bird
Screenplay : Brad Bird
Cast : Patton Oswalt, Ian Holms, lou Romano,
Buat yang suka baca blog gue, atau beberapa tulisan gue, entah itu berupa notes di facebook atau short-short review dulu di sebuah grup majalah film, mungkin sudah hapal kalo gue bilang gue adalah pecinta animasi, terutama karya Pixar (like a thousand millions people put there neng, d'oh! *self keplak). Sejak pertama kali membuat sejarah sebagai animasi CGI pertama di dunia (Toy Story di tahun 1998) sampai sekarang, gue termasuk penikmat karya-karya mereka. Walau jujur, sejak Cars 2 sampai sekarang (belum termasuk Monster University), kualitas film-filmnya menurun dan pamor mereka mulai tersaingi dengan Dreamworks (favorit gue : How To Train Your Dragon yang tastenya Pixar sekali!), Illumination Pictures (si unyu minion dari Despicable Me), Sony Animated Pictures (Cloudy With a Chance of Meatball yang bikin mulut gue megap-megap) dan tentu saja si raja dunia animasi, Walt Disney yang di tahun 2012 kemarin membuat Wreck It Ralph sampai Paperman yang indah. Tapi Pixar punya sederetan judul yang cukup memorable di hati banyak orang. Dan gue sampai bingung harus menyebutkan mana favorit gue, karena memang ada banyak sekali. Dan Ratatoiulle ini adalah salah satunya.
Hiduplah seekor tikus hitam bernama Remy (Oswalt) di sebuah pinggiran desa. Dengan cara yang unik, dia memperkenalkan kesulitan hidup yang ia harus hadapi karena status kehewanannya itu. Dan tentu saja, karena berbeda dengan tikus umumnya, Remy memiliki kelebihan dalam indra perasa dan penciumannya. Dan itu membuatnya menjadi sesosok tikus yang sangat menggemari makanan dan seorang chef bernama Auguste Gusteau (Garret). Kemampuannya ini tentu saja diremehkan, terutama oleh sang ayah yang merupakan pemimpin koloni tikus, Django (Dennehy). Karena obsesinya ini pula yang kemudian mengakibatkan kekacauan dan memisahkan Remy dengan koloninya. Di tengah depresi dan kesendiriannya, Remy yang berhalusinasi dengan berbicara kepada roh Gusteau ( or pigment of imagination more likely) kemudian digiring ke restoran Gusteau.
Screenplay : Brad Bird
Cast : Patton Oswalt, Ian Holms, lou Romano,
Buat yang suka baca blog gue, atau beberapa tulisan gue, entah itu berupa notes di facebook atau short-short review dulu di sebuah grup majalah film, mungkin sudah hapal kalo gue bilang gue adalah pecinta animasi, terutama karya Pixar (like a thousand millions people put there neng, d'oh! *self keplak). Sejak pertama kali membuat sejarah sebagai animasi CGI pertama di dunia (Toy Story di tahun 1998) sampai sekarang, gue termasuk penikmat karya-karya mereka. Walau jujur, sejak Cars 2 sampai sekarang (belum termasuk Monster University), kualitas film-filmnya menurun dan pamor mereka mulai tersaingi dengan Dreamworks (favorit gue : How To Train Your Dragon yang tastenya Pixar sekali!), Illumination Pictures (si unyu minion dari Despicable Me), Sony Animated Pictures (Cloudy With a Chance of Meatball yang bikin mulut gue megap-megap) dan tentu saja si raja dunia animasi, Walt Disney yang di tahun 2012 kemarin membuat Wreck It Ralph sampai Paperman yang indah. Tapi Pixar punya sederetan judul yang cukup memorable di hati banyak orang. Dan gue sampai bingung harus menyebutkan mana favorit gue, karena memang ada banyak sekali. Dan Ratatoiulle ini adalah salah satunya.
Hiduplah seekor tikus hitam bernama Remy (Oswalt) di sebuah pinggiran desa. Dengan cara yang unik, dia memperkenalkan kesulitan hidup yang ia harus hadapi karena status kehewanannya itu. Dan tentu saja, karena berbeda dengan tikus umumnya, Remy memiliki kelebihan dalam indra perasa dan penciumannya. Dan itu membuatnya menjadi sesosok tikus yang sangat menggemari makanan dan seorang chef bernama Auguste Gusteau (Garret). Kemampuannya ini tentu saja diremehkan, terutama oleh sang ayah yang merupakan pemimpin koloni tikus, Django (Dennehy). Karena obsesinya ini pula yang kemudian mengakibatkan kekacauan dan memisahkan Remy dengan koloninya. Di tengah depresi dan kesendiriannya, Remy yang berhalusinasi dengan berbicara kepada roh Gusteau ( or pigment of imagination more likely) kemudian digiring ke restoran Gusteau.
Remy kegirangan dan lupa diri, kemudian memperbaiki kekacauan yang diciptakan oleh Linguini (Romano) dengan sup, yang kemudian malah membuat kekacauan baru. Linguini kemudian malah dianggap sebagai sang koki handal oleh semua chef di restoran Gusteau, terutama oleh sang rotissuer Colette (Garofalo). Linguini kemudian bekerja sama dengan Remy, dengan kemampuan memasak Remy yang handal dan penampilan Linguini sebagai manusia normal, dengan cepat mereka mencapai puncak, walau mengundang kecurigaan dari sang chef de cuisine Skinner (Holm) dan tantangan dari food critics terkenal Anton Ego (O'Toole). Berhasilkah remy dan Linguini mengelabui semua orang dan mengalahkan kritik kejam dari Ego?
Dulu, sebelum nonton film ini di tahun 2008an, gue termasuk orang yang masih saja curiga dengan premisnya. Karena memang jarang ada film yang mengangkat dunia masak memasak profesional, terlebih lagi ini adalah sebuah film animasi, dengan tokoh utama seekor tikus. Kurang ironis bagaimana coba, seekor tikus hitam yang identik dengan jorok dan kotor ternyata bisa memasak hidangan-hidangan rumit dan indah. ala haute cuisine But this is Pixar, ketika sebuah premis nyeleneh ini dibuat, hasilnya tentu saja gak main-main. Brad Bird, (The Incredible, Mission Imposible : Ghost Protocol) sebagai orang yang bertanggung jawab di penyutradaraan dan penulisan skenario berhasil membuat sebuah film animasi yang bukan saja menghibur, tapi juga detail di berbagai sisinya, dan tentu saja menyentuh, sebuah kekuatan luar biasa yang selalu ada di setiap film Pixar.
Ada banyak alasan kenapa kota Paris yang dipilih sebagai lokasi dari Ratatouille sendiri. Yang pertama karena adanya unsur romantis dari filmnya sendiri, entah itu dari suasana yang memang sejak awal dibangun hingga ke hubungan Linguini-Collete. Dan tentu saja, karena Paris sendiri dikenal sebagai pusat dari gourmet dish around the world. Ya, French Cuisine merupakan sebuah ilmu tersendiri dalam dunia kuliner, dan hampir semua istilah-istilah klasik di dapur memang berasal dari Perancis, seperti hierarki chefs di dapur dan istilah-istilah memasak seperti sautee, roux, fondue, mirepoix, dll. And may I say...Paris never looked really Paris before. Keindahan kota Paris, dari panorama kota, city lights, sungai Seine, hingga menara Eiffel yang terkenal digambarkan dengan begitu detail, dan gue bahkan seolah bisa mencium udara kota Paris. It is so wonderful....
Selain mengambil setting di Paris, ada banyak hal-hal untuk menambah keotentikan dari dunia gourmet cuisine in Parisnya. Seperti misalnya penggambaran karakter Gusteau yang meninggal setelah hidangannya direview jelek dan membuatnya kehilangan Michelin stars, itu berdasarkan Chef Bernard Louiseau yang bunuh diiri ketika media memprediksikan restauran berbintang tiga miliknya, La Cote d'Or turun ke bintang dua. Atau nama Alfredo Linguini yang berasal dari nama masakan khas Italia. Dan terutama dari pemilihan judul, stressing the word 'rat' and also a French dish from Nice and Provence, a vegetable stew dish from tomatoes, onions, zucchini, eggplant, bell peppers, garlic, marjoram, and basil. Ratatouille sendiri merupakan hidangan khas pedesaan Perancis, yang kemudian dimasak Remy di adegan pamungkas, sebagai sebuah hidangan sederhana sekaligus rumit dan kompleks (yang di film diciptakan oleh seorang gourmet chef bernama Thomas Keller).
Selain mengambil setting di Paris, ada banyak hal-hal untuk menambah keotentikan dari dunia gourmet cuisine in Parisnya. Seperti misalnya penggambaran karakter Gusteau yang meninggal setelah hidangannya direview jelek dan membuatnya kehilangan Michelin stars, itu berdasarkan Chef Bernard Louiseau yang bunuh diiri ketika media memprediksikan restauran berbintang tiga miliknya, La Cote d'Or turun ke bintang dua. Atau nama Alfredo Linguini yang berasal dari nama masakan khas Italia. Dan terutama dari pemilihan judul, stressing the word 'rat' and also a French dish from Nice and Provence, a vegetable stew dish from tomatoes, onions, zucchini, eggplant, bell peppers, garlic, marjoram, and basil. Ratatouille sendiri merupakan hidangan khas pedesaan Perancis, yang kemudian dimasak Remy di adegan pamungkas, sebagai sebuah hidangan sederhana sekaligus rumit dan kompleks (yang di film diciptakan oleh seorang gourmet chef bernama Thomas Keller).
Ratatouille made by Remi or aka Confit Byaldi :) |
Satu hal yang sangat gue sukai dari filmnya ada di musik scoring gubahan Michael Giachinno, yang terdengar begitu riang dan sangat France-esque, menemani naik-turunnya alur cerita dengan pace yang ringan. Gue seolah berada di samping Remy, memperhatikannya memasak berbagai hidangan rumit, and almost can smell the food itself.
And oh boy, all of the characters are quite lovable! Dari tokoh Remy yang super salah 'badan' dan ironis, sok, namun malah paling terlihat normal di antara karakter manusia yang lain, lalu ada tokoh Linguini yang super kikuk dan gestur tubuhnya yang mengundang tawa lebar, dan Collete melengkapi trio ini sebagai wanita super judes dan galak namun tangguh di dapur. Di sisi antagonis ada Chef Skinner yang begitu komikal, dimana body language, ukuran tubuh, hingga perilakunya terinspirasi dari Louis de Funes, seorang aktor komedi dari Perancis (1914-1983) dan juga Anton Ego yang terinspirasi dari Louis Jouvet, aktor dan sutradara Perancis (1887-1951), keduanya hadir menjadi lawan yang sangat tangguh bagi Remy-Linguini. Dan oh ya, karakter kakak Remy, Emile yang lebih banyak jadi trouble-maker!
Jadi ga usah heran kalau kemudian Ratatouille ini kemudian menjadi salah satu film favorit banyak orang, terutama gue, dari Pixar sendiri. Overall filmnya mungkin memang animasi, tapi keindahan dan detailnya tidak bisa diremehkan dan dianggap sebelah mata. Sebuah film yang asyik ditonton bersama keluarga, ramah usia, tapi tidak lantas menjadi sebuah karya yang 'kekanakan'. It's almost really perfect in every aspect, a very beautiful art. Sebuah kisah indah yang begitu persuasif, that i can even drooling for everything in it. Dan tolonglah, Pixar, gue tahu kalian akhir-akhir ini sedang begitu kecanduan membuat sekuel atau prekuel dari kisah-kisah terkenal kalian, tapi untuk yang satu ini...please, leave it alone, unless you really have a very strong script. Let it be alone and prefect and untouchable. I love it so much.
And above from all of those delicious food, di balik panasnya panci dan api di dapur, selain sebuah kisah manis namun ironis mengenai seekor tikus yang mencintai masakan, terselip sebuah kisah indah, that not everyone can became a great artist, but a great artist can come from anywhere, sometimes world is just too cruel for them. Selamat mengejar mimpi indah kalian, the dream-catcher. This is a gift from an artist to every artist in the world. Only truly artist can be great.
Au revoir!
And above from all of those delicious food, di balik panasnya panci dan api di dapur, selain sebuah kisah manis namun ironis mengenai seekor tikus yang mencintai masakan, terselip sebuah kisah indah, that not everyone can became a great artist, but a great artist can come from anywhere, sometimes world is just too cruel for them. Selamat mengejar mimpi indah kalian, the dream-catcher. This is a gift from an artist to every artist in the world. Only truly artist can be great.
Au revoir!
0 komentar: