Review : The Twilight Saga ; Breaking Dawn Part 2

20.10 Indanavetta 0 Comments

 The Twilight Saga ; Breaking Dawn Part 2
"They are Meant To Be Together..."

Director : Bill Condon
Screenplay : Mellisa Rosenberg and Stephenie Meyer
Cast : Robert Pattinsons, Kristen Stewart, Taylor Lautner, Dakota Fanning, Mackanzie Foy, Michael Sheen
 

Belum pernah ada fenomena sebesar Twilight Saga sebelumnya. Suka atau tidak, harus diakui, Twilight Saga menimbulkan sebuah euforia menghebohkan, baik itu dari para twi-hards maupun para haters yang jumlahnya sama banyak dan seimbangnya. Kebanyakan wanita memujanya. Nyaris semua pria menghujatnya. Sejak tayang premiere kemarin saja sudah berapa banyak gambar dan lelucon dari para haters yang beredar di social media. Namun toh itu rupanya tidak menghentikan para vampire ini untuk memperoleh lebih banyak uang dan jeritan histeris. Dan inilah film penutup dari Twilight, Breaking Dawn Part 2.
Bersambung dari Part 1nya setahun lalu, filmnya bercerita mengenai Bella (kini) Cullen (Stewart) yang sudah bertransformasi menjadi vampire dan mulai menikmati hidup bahagia bersama suaminya, Edward (Pattinson). Sahabat baiknya Jacob (Lautner) sudah bisa menerima keadaan mereka dan bahkan ter-imprint dengan putri mereka, Reneesme (Foy). Masalah muncul ketika Alice (Greene) melihat masa depan dimana seluruh klan Volturi datang untuk menghancurkan klan Cullen. Mereka bergerak cepat dan meminta bantuan dari banyak rekan sesama vampire, seperti klan Denali hingga vampire dari Amazone. Berhasilkah mereka mempertahankan diri dari serangan Volturi?

Truth to be told, saya bukanlah seorang twihards maupun haters. I'm like a Swiss, maybe. Saya menikmati seluruh seri novelnya, walau tidak menyukai filmnya. Saya akui, saya sangat skeptis dengan keputusan membuat film ini menjadi 2 bagian. Demi kepentingan uang yang lebih banyak, tentu saja. Saya membuat early judgment (berdasarkan Part 1nya) bahwa film ini pasti akan sangat membosankan. Dan sesungguhnya film ini justru mengejutkan saya, karena saya tidak mengharapkan filmnya akan sebagus ini, dibandingkan dengan seluruh seri sebelumnya, tentu. Dan saya akan mencoba menulis review ini senetral-netralnya, tanpa memihak kepada pihak apapun (berasa keren, maaf ya).
Dari segi sinematografi, Guillermo Navarro mengerjakannya dengan sangat mencengangkan, in a good way. Pemandangan alam dari kota Forks yang begitu snowy, dingin, mistis dan terpencil di-capture dengan begitu indah. Bahkan lebih indah dari imajinasi saya ketika membaca novelnya. Sinematografinya menambah nilai plus untuk filmnya.

Dari segi akting, sayangnya tidak ada peningkatan berarti dari para bintang utamanya. Stewart seperti biasa, nyaris tanpa ekspresi. Pattinsons masih lebih baik, membuat saya agak sedikit klepek-klepek dibuatnya (boleh kan ya, Mery?). Scene stealer sesungguhnya adalah Michael Sheen sebagai Aro, sang pemimpin klan Volturi. Begitu licik, licin bagai ular, sekaligus sedikit gila. Mengingatkan saya akan Voldemort dan Joker sekaligus. Kekurangan dari Breaking Dawn Part 2 ini adalah karena terlalu banyaknya karakter yang muncul, membuat banyak karakter yang hanya selintas lewat, atau bahkan terlupakan. Apalagi dengan flatnya akting dari pemeran utama, penampilan Sheen begitu memorable dan menolong.
Dan terakhir, saya mau mengangkat dua jempol saya untuk Bill Condon, yang dengan begitu berani membuat twist yang mengejutkan para pembaca sekaligus sebuah tribute untuk para hatersnya. Filmnya sendiri menyenangkan, dengan banyak sempilan humor yang bisa membuat saya tertawa mengikik-ngikik. Tanpa klimaks yang begitu mengejutkan itu, mungkin saya dan banyak haters lainnya akan menghujat Breaking Dawn Part 2 ini. What a good closure!

Overall, Breaking Dawn Part 2 adalah film yang bisa merangkul para twihards dan haters-nya di saat yang bersamaan. Para twihards akan begitu meleleh melihat barisan vampire-vampire tampan sementara haters akan bersorak melihat unexpected twist yang benar-benar WTF. Dan akhirnya kini setelah Bella benar-benar bisa bersama Edward, meninggalkan para twihards dan hates berperang tanpa akhir, membuat saya bertanya-tanya, akankah ada lagi saga seperti ini, yang begitu fenomenal dan menjadi sebuah kultur budaya yang begitu menggelegar?

Sepertinya tidak dalam waktu dekat.
Trailer :
 

0 komentar: