Review : Life of Pi ( 2012 )

18.04 Indanavetta 1 Comments

Life of Pi
"A Visual Journey To Find God"

Director : Ang Lee
Screenplay : David Magee, based on 2001 novel by Yann Martel
Cast : Suraj Sharma, Irrfan Khan, Tabu, Adil Hussain, Gerrard Depardieu, Rafe Spall 
 













Seperti yang pernah saya tulis di salah satu review saya terdahulu, dunia literatur adalah surga ide untuk dunia film. Namun terkadang permasalahannya, apa yang dituangkan di dalam tulisan, tidak serta merta bisa divisualisasikan secara sempurna, kadang esensi dari filmnya sendiri tak didapatkan dari pembaca novelnya. Bahkan ada novel yang menyandang status "unfilmable", dikarenakan tingkat imajinasi yang tertulis di dalamnya sangat sulit untuk digambarkan secara nyata dan setia. Novel Life of Pi yang ditulis oleh Yann Martel di tahun 2001 adalah salah satunya. Proses pra-produksi filmnya sendiri sudah berlangsung sejak tahun 2003. Beberapa nama sempat dipertimbangkan untuk menyutradarai film ini sebelum Ang Lee, seperti M. Night Shyamalan, Alfonso Couron, dan Jean-Pierre Jeunet. Film ini menjadi semakin anticipated setelah saya melihat trailernya. Demi menekan ekspektasi yang sudah melambung tinggi ini, saya justru sengaja tidak mencari tahu informasi apapun, bahkan tidak mencari tahu resensinya karena saya sendiri belum membaca bukunya. Pertanyaannya kini, apakah Ang Lee berhasil memenuhi pengharapan tinggi saya ini?
Di India, hiduplah seorang anak bernama Piscine 'Pi' Patel (Sharma). Anak ini unik, karena ketika anak-anak lain mengumpulkan perangko, dia justru mengumpulkan agama. Ya, Pi memeluk 3 agama sekaligus karena dia percaya, betapapun banyaknya agama, Tuhan tetaplah satu. Keyakinan ini yang dijadikan olok-olok oleh sang ayah, Santosh (Hussain) yang memiliki kebun binatang lokal. Ketika keadaan keuangan mereka memburuk, orang tua Pi sepakat untuk menjual seluruh hewan di kebun binatang dan pindah ke Kanada. Jadi, berangkatlah mereka dengan menaiki kapal laut, bersama dengan seluruh binatang tersebut. Naas, terjadi badai besar yang menenggelamkan seluruh kapal, dengan hanya menyisakan Pi dan seekor harimau benggala bernama Richard Parker. Akankah Pi berhasil selamat, atau dia justru malah jadi korban keganasan Richard Parker?
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Satu hal yang bahkan masih terlintas di kepala saya hingga detik ini : WOW. Yea, wow. I'm speechless. Filmnya mungkin terlihat sederhana, tapi sungguh....it's a WOW! Saya suka sekali dengan gaya bercerita Ang Lee, yang walaupun pace-nya terasa sedikit lambat tapi toh bahkan tidak terasa sama sekali. Durasi selama dua jam lebih mengalir begitu saja, bagaikan air yang mengalir, membuai mata dan pikiran saya tanpa ada jeda. Ang Lee bagaikan menceritakan kembali sebuah dongeng yang indah, dan saya bagaikan seorang anak kecil yang duduk manis duduk di pangkuan, nyaris tak mau berkedip saking terpesonanya. Setelah tahun kemarin ada Scorsese membuai mata saya dengan Hugo, kini giliran Ang Lee membuktikan kehebatannya sebagai sutradara pemenang Oscar bahwa ya, dia adalah salah satu sutradara terbaik di dunia dan ya, dia mampu memfilmkan sebuah novel dengan titel 'unfilmable' dengan begitu indah dan cantiknya.
 
Kekuatan lain dari film ini terletak pada sinematografi yang dikerjakan oleh Claudio Miranda. Saya memang baru menonton versi 2Dnya, tapi percaya deh, sinematografinya juara banget! Apa yang saya tonton kemarin bukan hanya seperti lukisan, namun benar-benar seperti asli, seolah saya ikut tersesat bersama Pi dan Richard Parker di luasnya lautan. And I really do. Melihat lautan yang begitu tenang tanpa ada riak-riak ombak, memantulkan jutaan bintang bagaikan cermin raksasa. Atau menyaksikan ribuan ikan terbang yang melayang di permukaan laut. Juga melihat ikan pari raksasa dan jutaan ikan yang menyala berpendar di dalam kegelapan laut malam. Dan terutama pulau asing terapung yang diisi oleh meerkat. Begitu hijau, indah, dan mistis. Dan apa yang tulis ini tidak bisa menuliskan apa yang sudah saya tonton. Eye-gasm. Watch it by yourself. Better in 3D.
Kekuatan lainnya ada di tangan aktor pendatang baru, Shuraj Sharma. Dibutuhkan kekuatan dan kualitas akting tingkat tinggi untuk menghidupkan sosok seorang Pi. Richard Parker kebanyakan adalah hasil CGI, maka karena itulah akting Sharma begitu kuat dan sempurna. Dia menghidupkan film ini sendiri, dan itu bukan hal yang mudah, apalagi untuk seorang pendatang baru. Akting Sharma ini mengingatkan saya kepada Tom Hanks di film Cast Away. Tanpa kekuatan akting Sharma, Life of Pi mungkin hanya indah di visualisasinya. Seolah Life of Pi adalah perpaduan dari Discovery Channel dan Cast Away, lalu kemudian ditingkatkan keindahannya berkali-kali lipat. Perfecto.
So overall, Life of Pi is an almost perfect movie, baik dari sinematografi, cerita, hingga kekuatan akting tunggal dari Sharma. Dan lebih dari itu, Life of Pi adalah sebuah film religius dalam proses pencarian Tuhan, keikhlasan, dan keyakinan terhadapNya, tanpa menjadi preachy dan bertele-tele. Dengan keindahan visualnya, saya tak bisa berhenti mengucap syukur, karena Ang Lee membuat saya percaya mengenai Sang Maha Besar dan Maha Berkuasa, betapa kerdil dan tak berartinya kita di hadapanNya. Dan sekarang, Life of Pi menjadi salah satu film yang 'unreviewable' buat saya. I'm still speechless here.

Thank you, Ang Lee.

"All of life is an act of letting go but what hurts the most is not taking a moment to say goodbye."
 
 ***

Trailer :
 
 
 
 

1 komentar:

  1. wow…itu kata pertama ane pas nonton,
    ya wow 3d-nya, ga nanggung2 dah..and pasti ceritanya yg ane rasa ‘kontemplatif’..(halah2 bahasanya)

    penasaran juga pengen nyari bukunya nih…hih

    BalasHapus