Journal of My (almost) Disaster Makeup Journey

22.49 Unknown 0 Comments

As a person who worked in industry of fashion and beauty, pengetahuan gue justru sama ceteknya ama otak orang-orang di Jersey Shore. Serius, ternyata mendandani wajah sendiri itu sama rumitnya dengan mencoba mengerjakan soal kalkulus. Teknik menggambar alis sama membingungkannya dengan teori relativitas Einstein. Membingkai mata dengan eyeliner 80%nya selalu berakhir dengan disaster dan air mata yang mengalir. Bahkan nonton film romantis aja ga bisa membuat gue nangis seperti itu.

Praktis, gue jadi orang yang lumayan manja when it comes to any kind of special event yang membutuhkan dandanan lengkap. Gue tinggal nodong ke teman-teman yang berprofesi sebagai Make up Artist (MUA) untuk merias wajah gue. Gratis tentu saja. Beruntung sebenarnya, saat orang harus membuang uang ratusan ribu untuk itu.

Sampai saat undangan Indonesia Fashion Week 2014 ada di tangan gue. Tepat ketika semua teman MUA gue justru disedot kesana untuk jadi Official Team MUAnya. IFW sendiri adalah sebuah acara yang dibuat bagi dan oleh insan dunia fashion sejak 3 tahun terakhir, yang visinya adalah ingin membuat dunia fashion Indonesia diakui di mancanegara. Yah syukur-syukur bisa sekelas Tokyo, atau bahkan New York dan Paris. Walau banyak kekurangan disana-sini, niat untuk memajukan produk lokal ke skala global patut untuk diapresiasi.

Di acara Opening Ceremony-nya sendiri, yang dibuka oleh Menteri Pariwisata dan Perekonomian Kreatif, Bu Mari Elka Pangestu, ada dresscodenya : batik atau sarung. Gue sendiri punya cheongsam batik berwarna lembayung yang membuat gue mirip seperti enci-enci tukang pijat plus-plus. Thanks to my mom who made it years ago. And now, the emergency things is...make up. Seriously.

Untungnya lagi, gue bekerja di sebuah dimana para MUA soon to be dilatih. Kepanikan gue diredakan oleh seorang siswa Photographic & Fashion Make Up CIBTAC Diploma, Natalie. Dengan santai, Natalie merias wajah gue ini jadi super duper canggih. Gue bahkan sampe harus berkali-kali ngaca dan selfie buat meyakinkan diri itu emang gue.

Jadi, hal pertama yang dilakukan adalah menperbaiki bentuk alis gue dengan pensil alis sejuta umat : Viva. Lalu Natalie merias mata, pipi, dan hidung gue dengan eyeshadow palet PAC Martha Tilaar. Untuk bagian bawah mata, Natalie memakai pencil eyeliner NYX yang bikin mata gue nyala banget. Dan untuk lipstick memakai YSL yang tahan sampai malam. Dan gue merasa sangat cantik. Itu yang terpenting.

Pada intinya, gue juga ga ngerti kenapa nulis ini. Ini bukan tulisan pamer bahwa gue ke IFW. Bukan juga tulisan ulasan mengenai kosmetik layaknya beauty blogger. Ini adalah sebuah sharing pengalaman, dari seorang awam yang seolah dicemplungkan ke dalam dunia antah berantah seperti Andy Sachs di film Devil Wears Prada. Dan juga sebuah bentuk apresiasi gue akan dunia MUA, yang terlihat begitu indah dan keren di permukaan, tapi ternyata membutuhkan energi besar di balik semuanya.

0 komentar: