Don Jon (2013) : A Potrayal of Modern Society
Director : Joseph-Gordon Levitt
Screenplay : Joseph-Gordon Levitt
Cast : Joseph-Gordon Levitt, Scarlett Johansson, Julianne Moore, Tony Danza, Brie Larson
Fowles Jib, dalam bukunya yang berjudul Inventory of Human Motives : Mass Advertising as Social Forecast, menjabarkan mengenai 15 cara iklan menarik perhatian massa dengan cara menggambarkan kebutuhan-kebutuhan mendasar emosional manusia. Hal paling pertama yang ia sebutkan adalah mengenai need for sex, bahwa pada dasarnya hal yang sangat mendasari manusia adalah kebutuhan seksual.
Pendapat
Fowles ini yang kemudian membayangi gue saat menonton opening
credit Don
Jon. Film perdana karya Joseph-Gordon Levitt, aktor muda dengan
filmografi yang menarik ini dengan sangat cerdas memberikan sebuah
insight
mengenai
bagaimana media massa, seperti TV dan internet (identified
as a new media now),
menjejali kita dengan berbagai konten yang memanjakan mata dengan
parade sensual, terutama tubuh wanita sebagai pembuka, sebelum masuk
ke dalam prolog yang menarik perhatian.
Love (or lust) at the first sight? *insert hip hop music* |
Kita
diperkenalkan dengan Don Jon (Levitt), seorang pria muda dengan
potongan tubuh ala acara MTV : Jersey
Shore :
tubuh kekar, potongan rambut tinggi dengan gel, dan hidup
berfoya-foya di club.
Dengan
wajah tampan dan tubuhnya yang membuat wanita ngiler, Jon sangat
mudah untuk mendapatkan banyak wanita untuk one
night standnya.
Lucunya,
Jon justru kecanduan film porno. Baginya, menonton wanita di film
porno jauh lebih memuaskan secara seksual dibandingkan dengan
melakukannya sendiri. Sampai ia bertemu dengan Barbara (Johansson),
wanita seksi yang terlihat berbeda dengan wanita kebanyakan. Jon
menjadi terobsesi dengan Barbara, sama seperti Barbara yang memiliki
obsesi akan romantisme ala film-film romantis Hollywood. Sementara di
kelas malamnya, Jon bertemu dengan Esther (Moore) , yang membuatnya
kesal karena Esther yang dianggapnya aneh dan terlalu blak-blakan.
Menurut
gue, Don Jon memang sangat relevan dengan kehidupan muda-mudi
kebanyakan saat ini : kosong dan dangkal. Isi film ini hanya berkisar
mengenai petualangan Jon dalam menyeimbangkan kehidupan percintaan
normalnya (lewat cara one
night stand)
dan penyangkalan akan kecanduannya dalam mengkonsumsi film porno.
Tokoh Barbara pun digambarkan begitu dangkal, hanya mengenai wanita
muda seksi yang menggunakan gestur tubuhnya untuk mencapai hal yang
ia inginkan.
Tapi
tahu tidak, di balik kedangkalan yang ia gambarkan, JGL justru dengan
sangat cermat mengcapture
fenomena
sosial yang terjadi di kehidupan masyarakat modern sekarang. Hubungan
aneh dari keluarga disfunctional
Jon
yang terlihat adem-ayem padahal ada emosi yang ditahan-tahan. Begitu
juga dengan kecanduan yang dialami oleh setiap tokohnya : Jon Sr.
(Danza) yang kecanduan tayangan football
di
TV dan temperamen, Barbara yang kecanduan film romantis, hingga
Monica (Larson) yang kecanduang dengan gadgetnya.
Inilah potret nyata dari masyarakat modern kita.
Segala
kritik sosial yang disampaikan dengan jujur oleh JGL ini kemudian dibawakan secara
ringan dan komikal, membuat penonton jadi tertawa-tawa ringan,
padahal sesungguhnya plot
yang
ada jauh lebih dalam dari apa yang terlihat mata. Don Jon, sebagai
karya perdana JGL, tampil lumayan menghibur dan menohok, walau pada
bagian klimaks film dan ending
terlihat
menyepelekan masalah seihngga agak melempem, karakter Esther pun terasa begitu terburu-buru dalam penceritaannya. Tapi secara keseluruhan,
film ini sangat menyenangkan untuk ditonton berkali-kali saat suntuk.
0 komentar: