American Psycho (2000) : “A Portrait Of Modern Society”

23.37 Indanavetta 0 Comments



Director              : Mary Harron
Screenplay          : Mary Harron and Guinevere Turner, based on novel by Bret Easton Hills
Cast                  : Christian Bale, Willem Dafoe, Jared Leto, Josh Lucas, Samantha Mathis, Chloe Sevigny, Cery Seymour, Justin Theroux, Reese Witherspoon

Warning : This review may congtain spoiler!

Siapa yang tidak suka dengan psikopat? Well, i dont know with the others, tapi gue sangat tertarik dengan tema ini. Manusia dengan kelainan mental yang sangat berbahaya bagi manusia lainnya ini terlihat begitu appetizing, di dunia fiksi tentu saja. Entah sudah berapa banyak film yang mengeksplor sisi psikopat ini, entah itu melalui unsur psikologis atau hanya dari sisi slashernya saja. Siapa sih yang tidak kenal dengan Hannibal Lecter atau Norman Bates yang sangat melegenda? Ke’sakit’an mereka justru dieksplor dengan berbagai macam cara. Sekuel, prekuel, film, hingga kini serial TV, you named it.

Sebagai pecinta psikopat, gue tentu saja mewajibkan diri sendiri untuk menonton semua film-film yang mengangkat tema ini, dari sisi psikologis (Sebaliknya, gue ini tidak tahan dengan genre slasher, kontradiksi yang aneh memang). Salah satu yang ada di list gue adalah film ini. Di tahun 2000, sebelum Christian Bale menjelma menjadi vigilante berkostum hitam ketat, dia berubah menjadi seorang psikopat tampan namun mengerikan, diangkat dari novel karya Bret Easton Hills berjudul sama, American Psycho.

What's for lunch, anyone?

Di Manhattan, tinggallah seorang bankir investasi yang kaya dan tampan, Patrick Bateman (Bale). Dari luar, kehidupan Bateman sangat sempurna. Dia punya seorang tunangan cantik dan kaya, Evelyn (Witherspoon), kehidupan sosial yang sangat sibuk dengan teman-teman high-endnya, apartemen indah dengan pemandangan spektakuler, karir bagus dengan gaji tinggi, hingga tubuh dan wajah indah dan terawat. Menggiurkan bukan? Tapi itu hanya apa yang nampak di luar karena sesungguhnya, Bateman menyimpan sebuah sisi kelam untuk dirinya sendiri. Di kehidupan senggangnya, Bateman gemar membunuhi orang-orang tanpa alasan yang jelas.

Di kantornya, Bateman kemudian merasa sangat inferior terhadap Paul Allen (Leto). Allen dianggap lebih dibandingkan dirinya. Allen bisa dengan mudahnya memesan tempat di restoran terbaru, selera musik dan fashion yang lebih baik, dan bisa mendapatkan klien yang diincar banyak orang. Kekesalan Bateman memuncak ketika Allen mencetak kartu nama bisnis yang begitu indah, hingga akhirnya Bateman membunuh Allen dan membuang tubuhnya. Keluarga Allen kemudian meminta detektif Donald Kimball (Dafoe). Akankah Bateman berhasil lolos dari kecurigaan Kimball? Apa yang akan terjadi pada Bateman nantinya?


American Psycho pertama kali ditayangkan di Sundance Film Festival pada tanggal 14 April 2000. Disutradarai dan naskahnya ditulis oleh Mary Harron (bersama dengan guinevere Turner), yang sebelumnya menyutradari film I Shot Andy Warhol. Sebelum Bale terpilih, ada banyak nama yang dicalonkan untuk memerankan Bateman, seperti Johnny Depp, Brad Pitt, Edward Norton, Leonardo DiCaprio, hingga Ewan McGregor. Dan untuk menghidupkan karakter Bateman, Bale menghabiskan waktu beberapa bulan untuk membentuk tubuhnya untuk mendapatkan bentuk  fisik yang sempurna. Mengenai pendalaman buat karakternya yang menderita Narcissistic Personal Disorder (NPD) sendiri, Bale terinspirasi dengan wawancara Tom Cruise dengan David Letterman dan juga penampilan Nicholas Cage di Vampire’s Kiss.

Gue memang belum baca novelnya (but it’s on my list!), tapi berdasarkan dengan apa yang gue baca, Harron sebagai sutradara dan penulis naskah rupanya berhasil menerjemahkan inti dan pesan dari novelnya sendiri. Di satu sisi, gue suka sekali dengan filmnya. American Psycho menurut gue merupakan sebuah perfect blend antara sisi psikologis dari Bateman yang berpadu dengan darah yang mengalir. Begitu keji dan tidak terbayangkan, dan walaupun gue sendiri ngilu melihat adegan slashernya, sekaligus merasa ‘terganggu’ dengan beberapa visualisasinya...tapi gue cinta bagaimana karakter Bateman ini digambarkan. Despite of being psycopath, Bateman hanyalah potret dari banyak orang di sekitar kita. Potret dari banyak manusia yang sudah mereguk sukses secara duniawi, namun tetap merasa kosong. Potret dari kemunafikan yang ada dimana-mana. Bale, you got me when you smiling with your cold eyes. Creepy.

I'm way too handsome!


Sekilas, American Psycho mungkin hanya menceritakan point of view seorang psikopat yang nampak sempurna dalam berbagai hal, but deep down inside, it showed us more. Secara gamblang, film ini menyindir bentuk masyarakat modern yang sangat hedonis dan menghambakan materi. Bagaimana seorang manusia dinilai bukan karena apa yang ada di dalam dirinya, melainkan dengan apa yang ia miliki. Terlebih lagi, filmnya juga menyorot sebuah mentalitas manusia-manusia yang sudah sangat individualis dan begitu ignorant terhadap sesama, selama itu tidak mengganggu kepentingan diri mereka sendiri. Mengerikan, karena ini memang ada di depan mata kita semua. 

Dan menurut pendapat gue, dengan caranya sendiri, American Psycho mirip seperti Fight Club-nya Fincher. Keduanya sama-sama menyampaikan pesan yang ada dengan sangat satir dan gelap. American Psycho membalut kritik sosial mengenai gaya hidup masa kini dengan cara yang satir dan keji berbalut dengan darah, sedangkan Fight Club lebih ekstrem lagi, meneriakkan anti kapitalisme dengan gayanya yang cenderung ‘anarkis’ (herannya malah masuk akal buat gue). Im not going to make further comparation about these two. Maybe someday I’ll write one essay about this, but not now.

Dengan caranya yang aneh, American Psycho sanggup membuat gue tertawa, walau tawa itu lebih ke tawa pahit dan muak. Bukan muak akan pembunuhan-pembunuhan keji yang dilakukan oleh Bale, tapi muak dengan kebenaran mengenai gaya hidup hedonisme dan konsumerisme yang begitu materialistis. Muak, karena secara tidak langsung gue merasa bahwa gue, walau tidak sampai ke tahap yang ekstrem, bisa jadi adalah penganut gaya hidup ini. Dan percayalah, perasaan muak dan desperate seperti ini tidak sepantasnya dirasakan ketika sedang makan siang. Moral lesson : don’t watch this while you’re having your lunch with red meat. I know it better now. Good day!



0 komentar: