Review : Warm Bodies ( 2013 )

19.05 Indanavetta 0 Comments



WARM BODIES
" This Zombie is getting warm"
" 
Director        : Jonathan Levine
Screenplay    : Jonathan Levine based on novel Warm Bodies by Isaac Marion
Cast              : Nicholas Hoult, Teresa Palmer, Analeigh Tipton, John Malkovich


Hollywood rasa-rasanya memang sedang begitu larut di dalam demam post-apocalypse of zombie invasion. Bukan hal yang aneh, karena toh genre ini memang sudah ada sejak lama, tapi film-film zombie kini berada di puncak ketenaran. Toh, kalau mau dipikir-pikir lagi, sudut pandang dari film-film ini selalu ada di pihak para manusia, the mortal who really trying to survive. Para the undead alias zombie selalu menjadi pihak antagonis yang hanya menginginkan daging segar kita semua. Dan kini, Warm Bodies mengambil sudut pandang para zombie, yang jatuh cinta kepada manusia. And I was thinking “Oh, here comes the Twilight’s legacy all over again…”

 R (Hault) adalah seekor (apa seorang ya? Ah sudahlah!) zombie dimana bumi sudah lebih banyak dipenuhi oleh para pemakan daging bau ini. R merasa dirinya berbeda, karena dia masih merasa seperti manusia di dalam pikirannya, walau dia tidak bisa menolak hidangan berupa manusia hidup, lebih disukai kalau sedang berlari-lari ketakutan. Terutama bagian otaknya, the yummiest part, karena dengan memakan bagian tubuh ini, R bisa mengetahui memori dan pikiran sang pemilik otak, membuatnya merasa seperti manusia walau hanya sejenak. Dalam sebuah perburuan makan malam, R lalu bertemu dengan Julie (Palmer). Disanalah, dia merasakan hal yang tidak lazim dialami para zombie : love at first sight. And his heart start to beat again. Dengan segera dia menyelamatkan Julie dan membawanya pulang. Namun, ada The Boneys, sebuah zombie form yang mengerikan, yang tidak berperikemanusiaan, mencium keberadaan Julie dan menginginkan mereka berdua. Maka, R harus menyelamatkan Julie dari kejaran The Boneys, sekaligus merasakan dirinya seolah-olah kembali menjadi  manusia normal. Berhasilkah R menyelamatkan Julie? Akankah R bisa menjadi seperti manusia normal lainnya?

 First thing first, sejak awal gue mendengar tentang pembuatan film ini, gue ada di pihak yang rajin mencemooh di media twitter. Gue ngerti sih, Summit memang sedang gencar-gencarnya mencari franchise baru untuk menggantikan Twilight Saga dan mengisi pundi-pundi uang mereka, but come on! Zombie dan manusia? Pertama, mereka itu ‘mati’ lho! Emang sih vampire juga ‘mati’ tapi kan vampire is in a good shape! Vampire always good looking, while zombie…bentuknya ga karuan and they don’t look appealing…in a hot way. Never. Kedua : zombie itu kan bauuuu! Just imagining a zombie kissing me (walo mungkin berakhir dengan bibir gue dimakan, which is more make sense to me), and I feel like want to biting my lips hard, just to make sure the lips warm, save, and kissable. (Silahkan, kalo mau muntah...) 

Tema cinta terlarang memang selalu menarik. Emang ya, manusia pada dasarnya selalu tertarik dengan apa pun yang dilarang. Dan pengeksploran tema forbidden love ini semakin luas saja. Apalagi ketika temanya lion fallin in love with the lamb. Pihak yang berbahaya, ada di puncak rantai makanan malah jatuh cinta kepada buruannya. Vampire dan manusia sudah terlalu mainstream. Bahkan Alien dan monster yang jatuh cinta kepada manusia pun sudah dieksplor…so why not for zombie? 

And really, semua kekonyolan yang bisa gue pikirkan ketika baru mendengar tema ceritanya saja justru membuat gue harus menjilat ludah gue sendiri (or in this case maybe I should scrolled down my timeline and deleting my previous mocking tweets). Karena filmnya ternyata bagus, and even much more better than Twilight Saga. Ketika di Twilight Saga menekankan tentang kisah percintaan Edward-Bella dengan segala aktifitas fisiknya, Warming Bodies memilih penekanan di line-linenya yang witty, humble, dan sangat lucu. Edward Cullen boleh terlihat sangat sempurna di layar, dengan wajah tampan bagaikan pualam dan kulit blink-blinknya, tapi menurut gue R lebih terlihat lovable dengan sikap zombienya yang kaku, awkward, dan bahkan menganggap dirinya sendiri pengangguran. (Pernyataan gue bisa dibilang invalid, toh gue ga pernah ngefans sama karakter Edward Cullen. Justu gue malah suka sama Jasper Cullen, hehe).

Levine, yang sudah dikenal lewat 50 : 50 berhasil menghidupkan cerita ini, tanpa harus merasa membuatnya menjadi terlalu berlebihan. Diangkat dari novel karangan Isaac Marion berjudul sama, Levine yang juga menulis skenarionya memberikan sentuhan angin segar di genre zombie, sebuah kisah romantic comedy yang dicampur dengan tema horor , dalam usahanya memanusiakan para zombie. Sweet, simple, but heart warming.  Walau mungkin dari sisi komedi dan kontinuitas cerita masih kalah dari Zombieland ataupun Shaun of The Dead, toh misinya berhasil, membuat penonton (in this case..gue) tertawa terpingkal-pingkal menonton sisi lain dari para zombie. Apalagi ditambah dengan beberapa adegan yang mengingatkan gue dengan film Romeo + Juliet atau bahkan memocking beberapa hal dari Twilight Saga, it is really refreshing!


Lalu, Warm Bodies menambah nilai positifnya dengan deretan soundtrack khas 80an seperti lagu Pretty Woman dan lagu-lagu rock keren dari Scorpions, Guns and Roses, dan masih banyak lagi. Kalau di Twilight Saga seolah memantapkan diri dengan tema soundtrack top 40, Warm Bodies mundur agak jauh ke belakang, memperkenalkan spirit of hipster teen seperti tokoh R itu sendiri.

Dari jajaran cast, Hoult tampil lovable sebagai R, seorang teen-look-alike zombie dengan jaket hoodie merahnya yang lusuh dan kumal, postur tubuhnya yang bungkuk, dan juga inner mind-nya yang cerewet dan super manis. Just like any ordinary geeky teens all over the world, and he got my heart already when he said "Keep...you...save" and "Don't be creepy, don't be creepy". Hoult sudah pasti menjadi rising actor untuk setahun ke depan, dengan film-film 'besar' yang akan segera rilis, and I bet you won't getting boring with him.
 
 Di sisi lain, ada Julie yang diperankan oleh Teresa Palmer. Mungkin tidak ada yang super spesial dengan aktingnya, toh karena karakterisasi yang harus dibawakannya tidak terlalu rumit, tapi karena sejak awal review ini gue buat dengan perbandingan Twilight Saga, aktingnya jelas lebih ekspresif dibandingkan dengan Kristen Stewart. Dan karakter sidekick, Nora (yang juga tidak terlalu berbeda dengan karakter yang diperankannya di Crazy, Stupid, Love) yang dimainkan Analeigh Tipton cukup mencuri perhatian. Sayang, Malkovich hanya tampil sedikit, tapi cukup meyakinkan sebagai seorang ayah sekaligus pemimpin yang saklek dan berkepala batu. Not his best one though, but still enjoyable and much more better than that crappy and annoying role in The Dark Side of the Moon.


So yea overall, Warm Bodies finally give me a punch in my face, for making such a very bad and poor early judgement. I kept my expectation low, and it surprisingly good. Well, not that 'good' karena toh di bagian pertengahan ke akhir sudah mulai agak melempem dan predictable, but it really keep you wide awake, laughing, and feel entertain. It such a sweet guilty pleasure, and definetely worth watching more than once. And it might not warming my body (hence the title, hehe), but it warming my heart.
And now I can't stop talking "Hungreeeh.." :p


Review ini juga dimuat di Layar Tancep lhoo :)

0 komentar: