Movie Review : X Men : First Class

20.37 Indanavetta 0 Comments


X Men : First Class
Director : Matthew Vaughn
Screenplay : Ashley Edward Miller, Zack Stentz, Jane Goldman, Matthew Vaughn
Story : Sheldon Turnerand and Bryan Singer
Cast : James McAvoy, Michael Fassbender, Jennifer Lawrence, Kevin Bacon



Nyaris semua penonton awam (yang gak ngikutin komik X Men tentu saja), pasti akan selalu mengasosiasikan Wolverine sebagai X Men. X Men adalah Wolverine. Mutan lain cuman numpang lewat. Perkecualian buat Sir Ian McKellen yang bikin gue sangat-sangat-sangat suka sama tokoh Magneto (and I don’t care with Wolvie actually, FYI) dan menghabiskan masa remaja gue dengan berharap gue punya kekuatan mutan super keren dan gue diajak gabung ama beliau, hehehe. Maap malah ngelantur. Anyway, ketika trilogy X Men berakhir tahun 2006 kemarin (I told you, I don’t like Wolvie. Jadi film khusus Wolvie itu ga gue tonton), kemudian dibuatlah episode baru tentang kelompok superhero keren ini, dalam bentuk prekuel. Cerita awal ketika Prof X muda bertemu dengan Magneto muda. Awal dari semua cerita, dimulai dari sini.

Kembali ke tahun 1944 di sebuah kamp konsentrasi, Erik Lensherr muda (kemudian diperankan oleh Fassbender) dipaksa oleh Schmidt/Shaw (Bacon) untuk mengetahui bahwa dia ternyata adalah seorang mutan. Di tempat lain, Charles Xavier muda (kemudian diperankan oleh McAvoy) bertemu dan berkenalan dengan Raven muda (kemudian diperankan oleh Lawrence), dan kemudian mereka pun saling bergantung layaknya kakak-adik. Setting kemudian berpindah ke tahun 1962, dimana Xavier telah mendapatkan gelar Professor dalam bidang Mutasi Gen dan bertemu dengan Agen Moira (Byrne) yang meminta bantuannya untuk menangkap Shaw. Nasib kemudian mempertemukan mereka berdua, sebagai rekan satu tim dan juga sahabat karib.

Pertama-tama, ijinkanlah gue menyampaikan kekaguman gue kepada Mr. Matthew Vaughn. Tuhan tahu gue sangat suka Kick-Ass. Dia membawa X Men ke level baru, dimana X Men ga cuma dianggap sebagai Wolverine semata. Ada banyak mutan keren didalamnya. Terutama pendirinya, Prof X dan Magneto. Vaughn membawa X Men ke level yang lebih gelap, lebih kental dengan drama tanpa kehilangan sisi actionnya. Hal yang sama yang gue sangat kagumi dari barisan penulis naskahnya. Just like I said earlier, it’s a new level for X Men.

Kedua, gue mau berterima kasih kepada sosok Michael Fassbender. Gila!! Dalam film ini, gue ga melihat dia sebagai versi muda dari Sir Ian McKellen. Gue melihat dia sebagai seorang Erik. Sebagai sosok yang hancur, kehilangan arah, penuh kemarahan dan dendam. Dan setelah pertemuannya dengan Xavier kemudian berubah pelan-pelan menjadi lebih lembut dan sangat mempercayai Xavier (and I hate to say this, but his chemistry with McAvoy are made me felt so jealous!). He’s outstanding. I can’t say no more. And for McAvoy, you know I really adore you, thank you for making Prof X looks so younger and human-like. But Fassy take all the spotlight. I’m so sorry.

Oh ya, gue sangat suka sama barisan mutan-mutan barunya, yang walau hanya muncul sekilas, tapi unforgettable. Terutama untuk Lawrence, yang kelihatan begitu sangat insecure sama pendapat orang normal mengenai dirinya. She looks so pretty. Kelihatan meyakinkan untuk sekuel, X Men vs Brotherhood. Dan jangan lupakan scene Wolvie. Hilarious.
Tak ada yang lebih menyakitkan ketika lo menemukan seseorang yang benar-benar lo percayai seluruh hidup lo, dan lo terpaksa harus melepaskan dia pergi karena adanya perbedaan yang gak bisa disatukan lagi. Walau itu berarti lo dan dia ada di pihak yang berseberangan.

Overall, I can’t wait for the next sequel. Please, bring me more the bro-mance between Erik-Xavier!!! (okay, gue terdengar mulai ‘sakit’)
Xavier : “Listen to me very carefully, my friend : Killing will not bring you peace.”
Erik : “Peace was never an option.”
N.b : Unless, ada beberapa scene ekspresi Erik yang sangat mengingatkan gue sama Brandon di film Shame. Uh-oh, I’m goin to re-watch Shame again after this :p.

Official Trailer :

0 komentar: