Movie Review : The Chaser

20.56 Indanavetta 0 Comments

Image
 The Chaser (2008)
Director : Hong-Jin Na
Screenply : Shinho Lee and Hong JinNa
Cast : Yun-Seok Kim, Jung- Woo Ha, Yeong Hie Seo
Korea Selatan sedang menggila.
Gak bisa dipungkiri, apapun yang berbau korsel sedang diminati semua kalangan. Dunia dilanda demam k-wave. Mulai dari fashion, makanan, musik, hingga film. Terutama film, dimana kini korsel menguasai perfilman Asia, sudah banyak sekali film dari negeri ginseng ini yang critic-acclaimed, fresh, original, dan tentu saja menarik perhatian Hollywood sebagai raksasa dunia film yang sudah begitu gersang dengan ide segar untuk me-remake film-film tersebut dengan taste Hollywood.

Cerita yang sama. Pemain dan taste yang berbeda. Hasilnya beragam. Ada beberapa remake yang sukses, atau setidaknya nyaris menyamai kualitas predesornya, contoh terbaru seperti The Girl With The Dragon Tattoo. Tapi banyak juga yang gagal menyamai. Dan dengan beberapa film yang sedang development untuk diremake Hollywood seperti Oldboy, Hello Ghost, Man From Nowhere, dan The Chaser, membuat gue sedikit was-was menunggu hasilnya. Khusus The Chaser sendiri, sebagai penikmat film-film berbau psikopat, film ini udah ada dalam daftar wajib tonton gue setahun belakangan.

Rilis 14 Februari 2008, bertepatan dengan hari Valentine (rada ‘sakit’ ya, pas Valentine filmnya kayak ginian. Mungkin untuk membuat para jomblo kayak gue gak terlalu hopeless romantic dan berakhir dengan galau di bawah shower dan minum baygon) dan mendapatkan peringkat kedua box office di bawah Jumper, The Chaser bercerita mengenai seorang germo sekaligus mantan detektif polisi, Eom Joong-ho (Kim Yoon-seok) yang sedang gelisah gak karuan karena nyaris semua pelacur asuhannya menghilang. Dikejar-kejar hutang, Joong-ho kemudian mengutus Kim Mi-jin (Seo Yeong-hee), seorang pelacur sekaligus single mother yang sedang sakit ke seorang pelanggan, Je Yeong-min (Ha Jung-woo).

Namun, Joong-ho kemudian menyadari bahwa nomor telepon Yeong-min sama dengan nomor telepon pelanggan terakhir dari para pelacurnya yang menghilang. Kecurigaannya diperkuat setelah Mi-jin kemudian ikut menghilang tanpa berita. Joong-ho yang kemudian beremu Yeong-min, harus berpacu dengan waktu, mengumpulkan bukti sekaligus menyelamatkan Mi-jin yang diduga masih hidup. Berhasilkah?

Okay, first of all, I’m over expected to this movie, really. Awalnya agak sedikit kecewa karena gue berharap filmnya lebih menyorot sisi psikologis sang psikopat (hehe, kesukaan gue banget soalnya), namun setelah mengeset ulang ekspektasi gue, film The Chaser sendiri sangat thrilling sekaligus adiktif. Debut penyutradaraan Na Hong-jin yang terinspirasi dari serial killer sungguhan bernama Yoo Young-chul ini sukses, bagus, dan super keren. Adiktif. Action-packaged tanpa kehilangan sisi drama dan pendalaman karakter itu sendiri. Inilah kehebatan dari sineas korea, gue rasa. Mereka membuat film ‘sakit’, menegangkan, berkualitas, sekaligus menyentuh seolah begitu effortless (trust me, it’s not easy).
Dan gue suka banget sama karakterisasi di film ini.

 Karakter Joong-ho adalah karakter abu-abu. Ada di tengah protagonis-antagonis. Dia awalnya digambarkan sebagai pria tambun paruh baya yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Bukan tipe karakter protagonis pada umumnya. Bikin antipati sejak awal dengan sikapnya yang seenaknya. Namun ketika film berakhir, gue merasa begitu simpati sama tokohnya. Mi-jin adalah pelacur, yang mungkin bagi sebagian besar orang dianggap sampah masyarakat, tapi dia juga adalah seorang ibu tangguh, yang melakukan apapun demi anaknya. Dan Yeong-min….sakit jiwa. Sepanjang film, gue berusaha untuk mengerti karakter psikopatnya, tapi gak berhasil. He’s plain evil. A very smart one. Dan sekali lagi, membuat gue jadi begitu takut sama benda bernama palu. Setelah Gosling dan Choi Min-sik, kemudian ada Ha Jung-woo. Seriusan, kalian bertiga kenapa sih? Kenapa palu? Kenapa?! (Pernah menggigil ketakutan ga jelas gara-gara papasan ama orang yang bawa-bawa palu di tengah jalan)

Berbeda dengan I Saw The Devil yang minim dialog, lebih sakit, plus romantis (entah, kayaknya gue yang mulai ‘sakit’, film gitu dibilang romantis), The Chaser lebih berhasil dalam menyorot gelapnya kehidupan malam di Korea Selatan, dengan karakterisasi yang believable, manusiawi, sekaligus bisa dengan begitu mudah ditemukan disekitar kita. Pujian paling tinggi gue sematkan kepada Hong-ji Na, yang sangat sukses membuat salah satu film paling fresh dan berkualitas di debutnya sebagai sutradara. Dan pujian yang sama untuk The Yellow Sea, membuat gue langsung memasukkan film tadi ke daftar wajib nonton gue (yang makin lama makin panjang).

Kembali ke soal remake, denger-denger Leonardo DiCaprio tertarik untuk memerankan tokoh utama The Chaser versi Hollywood, dan William Monahan (The Departed) sudah ditunjuk sebagai penulis skenario. Sah-sah saja. Remake ga selalu berarti buruk, walau kebanyakan film hasil remake ya emang ga sebagus aslinya. Walau menurut gue sendiri, seharusnya The Chaser gak perlu diremake. American audience mestinya bisa lebih sabar membaca subtitle. Toh, gue tetap akan menunggu dengan sabar remakenya, terutama untuk film korea favorit gue sepanjang masa : Oldboy (walo gak yakin juga sih bakalan kayak apa hasilnya). But I think I’ll always love the original. Who doesn’t?

N.b : jadi kepengen nonton ulang I Saw The Devil deh :p

Official Trailer :



0 komentar: